"Ai-kun, mau pergi kemana?" tanya Agasa, saat melihat Ai sedang mengenakan sepatunya. Ai hanya menjawab, "Aku mau ke rumah Yoshida-san. Untuk menyelesaikan kau-tahu-apa."
"Begitu...hati-hari di jalan ya!" Ai mengangguk. Saat perjalanan ke rumah Ayumi, dia melewati gereja. "Sudah setahun rupanya." dia berpikir sambil memandang gereja itu. Memang sudah setahun setelah kerajaan Black Organization dihancurkan oleh Shinichi dan kawan-kawannya. Setelah kerajaan BO itu hancur, semua kehidupan Ai telah kembali tenang. Walaupun kerajaan BO sudah hancur, sayangnya hati Ai juga ikut hancur. Karena setelah perang itu Shinichi dan Ran menikah. Walaupun Ai telah merelakan Shinichi, tapi tetap saja ada rasa sedih yang mendalam di hati Ai.
Ai menggeleng kepalanya. "Tenang Haibara Ai! Jangan sampai kau menangis untuk kedua kalinya!" batinnya. Dia pun melanjutkan perjalanan ke rumah Ayumi. Tak lama kemudian dia sampai di rumah Ayumi.
"Ai-chan! Selamat datang! Ayo masuk!" sambut Ayumi.
"Permisi." Ai memasuki rumah Ayumi. Mereka berdua langsung menuju ke kamar Ayumi dan melanjutkan pekerjaan mereka. Setelah beberapa menit, ibunya Ayumi datang dan membawakan cemilan untuk mereka. "Maaf merepotkan." kata Ai pada ibunya Ayumi.
"Tidak apa-apa. Lalu, bagaimana dengan hasil rajutan kalian?" tanya ibunya Ayumi.
"Kami sudah hampir selesai bu. Mungkin besok kita bisa langsung menyerahkannya. Lagipula besok kan pestanya." jawab Ayumi. "Ibu jangan mengganggu kami ya." tambah Ayumi dengan nada bercanda.
"Baik-baik. Kalau begitu ibu mau pergi belanja dulu. Tolong jaga rumah ya."
"Ya!" kata Ai dan Ayumi serempak.
Setelah ibunya pergi, Ayumi memulai pembicaraan dengan Ai. "Ai-chan, kenapa tiba-tiba kamu memintaku mengajarimu merajut? Kenapa tidak membelinya saja di toko?"
Ai terdiam beberapa menit. Akhirnya dia berkata, "Eh...aku ingin memberi hasil kerjaan tanganku untuk mereka. Aku sudah menganggap mereka sebagai kakak bagiku. Ya..walaupun kami hanya bertemu beberapa kali." Ayumi mengganguk. Dia tahu kalau Ai juga menyimpan perasaan untuk Conan, atau Shinichi seperti dia. Setelah satu tahun pernikahan Shinichi dengan Ran, seminggu yang lalu, mereka mendapat undangan untuk menghadiri Baby Shower karena kehamilan ratu Ran telah mencapai 7 bulan.
"Selesai!" seru Ayumi, setelah mereka berdua selesai merajut.
"Akhirnya. Kuharap mereka akan suka hadiahini." kata Ai.
"Mereka pasti akan suka! Ran-oneesan pasti akan senang menerima ini karena kita telah membuatnya dengan sepenuh hati. Sekarang ayo kita bungkus." Ayumi mengambil kertas kado, pita, gunting, dan selotip. Mereka mulai membungkus hasil rajutan mereka.
"Sebaiknya aku pulang." kata Ai, setelah mereka selesai membungkus hadiah mereka."
"Apa kamu tidak mau tinggal untuk makan siang? Ibu sedang menyiapkannya untukmu."
"Tidak, terima kasih. Aku harus pulang dan menyiapkan makan siang untuk Hakase." ujar Ai.
"Oh, begitu. Kalau begitu Ai-chan saja ya yang membawa kadonya." Ayumi menyerahkan kadonya ke Ai. "Hati-hati dijalan ya Ai-chan!"
"Aku pulang." seru Ai, ketika dia sampai di rumahnya.
"Selamat datang Ai-kun. Bagaimana rajutannya?" tanya Agasa.
Ai menjawab sambil memakai celemeknya, "Sudah jadi. Kami juga sudah membungkusnya. Aku akan membuatkan makan siang." Ai mulai memasak makan siang.
Agasa memandang Ai. Sebelumnya, dia pernah melihat Ai sedang menangis di malam hari, setelah mendapat surat undangan pernikahan Shinichi dan Ran. Agasa tak tega melihat Ai, yang dia sudah anggap sebagai anaknya menderita seperti itu lagi. Saat mendapat undangan minggu lalu, Agasa sempat khawatir Ai akan menanggis lagi. Untungnya kekhawatirannya dia tidak terjadi kenyataan. Sebetulnya dia cukup kagum dengan Ai yang begitu tegar.
"Hakase. Makan siangnya sudah jadi!" seru Ai, membuyarkan lamunannya Agasa. "Baik! Aku akan segera ke ruang makan." balas Agasa.
Malamnya, Ai tidak bisa tidur. Dia mengengam hadiahnya. Dia tahu Shinichi sekarang sudah memiliki Ran. Tetapi sakit tetap saja hatinya masih sakit memikirkan itu. Tanpa terasa air mata mengalir dari matanya. "Bodoh! Kenapa aku menangis." Tetap saja, airmatanya mengalir. Seolah-olah, airmatanya itu tidak mau mengikuti kehendak Ai. Akhirnya Ai pun teridur karena terlalu lelah setelah menanggis.
Esoknya, Agasa, Ai, Ayumi, Genta, dan Mitsuhiko pergi bersama ke istana Kudo yang baru. Sesampainya mereka disana, mereka langsung terkagum-kagum dengan istana Shinichi yang baru. "Ingat. Disini kalian harus menjaga sikap, mengerti?" kata Agasa sebelum mereka memasuki istana.
"Ya!" seru Ayumi, Genta, dan Mitsuhiko.
Acara berlangsung lumayan meriah. Banyak juga yang hadir dalam acara itu. Ai masih mengenggam hadiahnya. Dia tidak berani memberikan hadiah itu ke Ran. "Apa yang kamu lakukan Ai-chan? Kenapa kadonya belum diberikan?" tanya Ayumi. "Kalau mau, aku bisa menemanimu memberikan hadiah itu."
"Terima kasih. Tapi... aku ingin memberikannya sendiri." Ai menolak tawaran Ayumi. Ai mulai mendekati Ran. "Eh...Ran-san. Ini hadiah dariku." Ai menyerahkan hadiahnya ke Ran yang tentu saja langsung diterima Ran dengan senang hati.
"Terima kasih Ai-chan. Bolehkah aku membukanya sekarang?" Ai mengangguk. Ran membuka hadiahnya. Ternyata isinya adalah kaus kaki dan sarung tangan bayi hasil rajutan Ai dan Ayumi. "Wah...ini sangat bagus. Terima kasih. Kamu sungguh terampil bisa membuat kaus kaki dan sarung tangan seperti ini." puji Ran.
"Aku membuatnya dengan bantuan Yoshida-san. Jadi...berterima kasih padanya juga. Sudah ya. Aku harus memastikan Hakase makan makanan yang rendah kalori." kata Ai sebelum dia pergi menjauh. Akhirnya dia menemukan Agasa sedang berbicara dengan Shinichi. Ai menunggu sampai mereka berhenti berbicara, karena dia belum siap bertemu dengan Shinichi. Tak lama kemudian, Shinichi berhenti berbicara dengan Agasa dan menyapa Ai, yang mulai mendekati mereka. "Hai, Haibara. Lama tak bertemu. Bagaimana kabarmu?"
"Aku biasa saja. Hakase, aku sedikit pusing bisa kita pulang sekarang?" kata Ai dengan dinginnya.
"Apa kamu baik-baik saja? Kalau mau kamu bisa menggunakan salah satu kamar disini." saran Shinichi.
"Aku tidak mau merepotkanmu. Ayolah Hakase!" Agasa mengerti. Dia pamit ke Shinichi dan mengajak Genta dan yang lainnya pulang.
Saat sampai di rumah, Agasa berbicara kepada Ai. "Ai-kun. Apa kamu benar-benar sakit? Sepertinya tadi pagi kamu sehat-sehat saja. Ada apa?"
Ai hanya memandang Agasa. Dia masih ragu untuk memberitahu Agasa tentang perasaannya. "Baiklah Hakase. Aku memang tidak pusing, tetapi aku... merasa sakit bila terus berada disana. Karena..karena setiap kali aku melihat Kudo-kun dan Ran-san bersama, aku merasa hatiku sakit. Padahal aku sudah tahu, mereka memang sudah ditakdirkan bersama. Tetapi..tetapi kenapa setiap kali aku melihat mereka hatiku menjadi sakit? Aku tak mengerti Hakase..." tanpa sadar airmata Ai mengalir.
Agasa memeluk Ai. "Ai-kun. Aku bisa mengerti perasaanmu. Tetapi kalau kamu tidak mengeluarkan airmatamu sekarang, selamanya kamu tidak akan bisa bertemu dengan mereka. Sekarang jika kamu ingin menangis, menangislah sepuas kamu. Sehingga nanti kamu bisa bertemu mereka dengan senyuman." Ai langsung menangis tersedu-sedu dalam pelukannya Agasa. Bagi Ai, Agasa sudah seperti ayahnya sendiri. Tak lama kemudian, Ai tertidur karena kebanyakan menangis. Agasa membawa Ai ke kamar Ai dan meletaknya di tempat tidurnya.
2 bulan kemudian
"Ai-kun. Bisakah kamu membawakan penemuan terbaruku ke Shinichi? Aku harus yang lainnya ke Yusaku dan Kogoro. Karena itu mungkin hari ini aku tidak akan sempat memberikannya ke Shinichi." kata Agasa.
"Baiklah." Ai mengambil penemuan baru Agasa dan membawakannya ke istana Shinichi. Sesampainya di istana, Ai mencari-cari Shinichi karena dia tidak menemukannya di ruang singgasana. Dia menemukan Shinichi sedang tertunduk di depan kamarnya. "Kudo-kun? Ada apa? Kenapa kamu disini? Dimana Ran-san?" tanya Ai berturut-turut.
Shinichi menjawab dengan suara yang parau, "Ran..dia sedang di dalam. Dia...sedang melakukan persalinan dibantu oleh para bidan. Aku khawatir. Mereka sudah didalam selama 1 jam."
Ai menatap Shinchi, yang sudah berantakan karena terlalu khawatir menunggu Ran. "Kuatkan dirimu Kudo-kun! Kamu adalah seorang raja dan sebentar lagi kamu akan menjadi ayah! Kamu tidak boleh seperti ini! Ran-san sekarang sedang berjuang sekuat tenaga untuk melahirkan anakmu! Kamu tidak boleh seperti ini!" seru Ai.
Ucapan Ai membuat Shinichi membuka matanya. Dia memandang Ai dengan kagum. "Terima kasih Haibara. Kamu memang sahabatku. Kau benar aku tidak boleh seperti ini. Sekarang aku sudah tenang. Terima kasih. Ngomong-ngomong kenapa kamu ada disini?"
"Aku hanya mengantarkan penemuan terbatu Hakase. Lalu, sama-sama. Aku...tidak mau melihat orang yang aku sukai terpuruk seperti itu hanya karena khawatir menunggu istrinya selesai melahirkan." kata Ai tanpa melihat Shinichi karena dia berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Apa? Tunggu...kamu...kamu menyukaiku?" tanya Shinichi. Ai menggangguk. Shinichi mengelus kepala Ai. "Terima kasih. Tetapi maaf, aku hanya menganggapmu seperti sahabatku sendiri."
"Tidak apa aku mengerti kok. Sekarang ayo kita berdoa supaya Ran-san dan anakmu bisa selamat."
Tak lama kemudian, terdengar suara tangisan bayi dari dalam kamar. Seorang bidan keluar dari kamar dan berkata, "Selamat. Sekarang anda sudah menjadi seorang ayah. Anak laki-laki anda terlahir dengan selamat."
"Benarkah terima kasih!" seru Shinichi. Dia langsung memasuki kamar. Ai tetap tinggal di luar. Dia merasa tidak pantas untuk masuk ke dalam kamar. "Apa yang kamu lakukan Haibara? Ayo masuk!" kata Shinichi.
"Tapi..." Ai ingin menolak. Tapi Shinichi menarik Ai memasuki kamar. Ai dapat melihat Ran sedang menggendong seorang bayi. Shinichi menghampiri Ran. Mereka berdua tampak sangat bahagia. Ai mau keluar dari kamar saat Ran berkata, "Ai-chan. Kemarilah. Kamu harus melihat bayi ini."
Ai mendekati Ran. Bayi yang ada dalam pelukan Ran tersenyum ketika melihat Ai. Dia sangat persis dengan Shinichi. Dari wajahnya, rambutnya hanya saja, matanya tidak biru seperti Shinichi melainkan ungu seperti Ran.* "Siapa namanya?" tanya Ai.
"Bagaimana kalau Ai-chan saja yang memberi nama?" saran Ran, "Tidak apa kan, Shinichi?"
"Tidak apa. Aku malah senang Haibara bisa memberi nama anak kita." jawab Shinichi.
"Kalau begitu karena dia mirip dengan Kudo-kun...Conan. Bagaimana?" kata Ai.
"Conan ya? Nama yang bagus. Terima kasih Ai-chan." kata Ran. Ai hanya mengangguk. Dia memandang Conan yang sedang tertidur dalam pelukan Ran. Conan...Mulai sekarang Ai berjanji akan melindunginya. Dia akan menjadi orang yang sangat berarti bagi hidup Kudo Conan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar