Senin, 19 September 2011

love story

Malam ini, Genta, Ayumi, dan Mitsuhiko menginap di rumah Profesor Agasa. Shinichi dan Ran pun ikut menginap juga –padahal niat awal mereka hanya berkunjung, tapi malah kemalaman. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan lewat sepuluh malam. Itu artinya ini sudah larut bagi anak seukuran mereka. Tapi, mereka bertiga belum tidur sama sekali.
"Kenapa kalian belum tidur? Ini sudah malam, lho!" ujar profesor.
"Tapi kami belum mengantuk," ujar Genta.
"Bacakan kami dongeng sebelum tidur, donk!" pinta Ayumi.
"Jangan bercanda. Kalian bukanlah anak umur lima tahun yang mau tidur setelah dibacakan dongeng seperti itu," ujar Shiho dingin.
"Ayolah, Shiho-neesan, Ayumi-chan benar. Shiho-neesan, bacakan kami dongeng donk!" pinta Mitsuhiko.
"Tidak mau. Dan lagi, aku tidak punya dongeng untuk dibacakan. Kalau kalian tetap memaksa, mintalah pada istrinya Kudou-kun saja, kurasa dia bisa," ujar Shiho.
"Apa? Aku bukan istrinya Shinichi!" seru Ran dengan wajah yang memerah.
"Ran bukan istriku!" seru Shinichi dengan wajah yang memerah juga.
"Ran-neechan, mau, ya?" pinta Ayumi sambil mengadap ke Ran yang ada di sampingnya.
"Aku sama dengan Shiho. Aku sama sekali tidak punya dongeng untuk dibacakan," ujar Ran sambil menunjukkan wajah memohon maaf.
"Mengarang saja, kan bisa," ujar Shinichi enteng.
"Kalau begitu, kau saja yang cerita!" ujar Ran.
"Kau saja! Aku malas," ujar Shinichi malas. Sedangkan Ran hanya kesal mendengar jawaban kekasihnya.
"Bagaimana kalau dongeng kerajaan? Dengan Ran-neechan sebagai putrinya!" usul Mitsuhiko. Tampaknya Ran sedang menimbang-nimbang sebentar.
"Bolehlah," ujar Ran. Dia pun segera mencari posisi yang enak untuk bercerita. Ran pun segera memulai cerita kerajaan versinya.
"Tapi, kalau ceritanya tidak ramai, jangan salahkan aku, ya."
"Oke!"
"Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang putri bernama Ran. Dia berumur dua puluh tahun tahun. Dia tinggal di sebuah kerajaan bernama Kerajaan Mouri."
.
X.x.X.x.X.x.X.x
.
KLEK
"Ran? Kau sudah bangun?" tanya Eri yang sedang berada di ambang pintu.
"Ya, Ibu," ujar Ran sambil berusaha duduk.
"Segeralah kau mandi dan turun untuk sarapan bersama," ujar Eri sambil melangkah pergi dari kamar anaknya. Ran pun segera membereskan tempat tidurnya dan segera mandi. Tak lama kemudian, Ran keluar dari kamar mandi dan segera merapikan diri dan turun ke bawah. Di ruang makan, sudah terlihat Kogoro dan Eri. Mereka berdua sudah menunggu kedatangan anak mereka semata wayang.
"Wah, menunya diganti, ya Yah?" tanya Ran.
"Ya, tumben sekali. Bagus, bukan?" ujar Kogoro.
"Ya, betul juga sih," ujar Eri. Setelah itu, mereka memulai sarapan dalam diam. Tak ada yang berbicara satu orang pun, karena mereka sedang sibuk dengan pikiran masing-masing.
'Para koki istana harus membuat menu baru untuk esok hari! Eh, salah! Buat nanti siang!' pikir Ran senang.
'Ehm, makanannya enak juga untuk ukuran menu baru,' pikir Eri.
'Kenapa mereka beruda senyum-senyum sendiri, sih?' pikir Kogoro. Tiba-tiba, Kogoro menanyakan hal yang membuat Ran cukup kaget.
"Ran," panggil Kogoro.
"Ya, Ayah?"
"Apa kau sudah punya pangeran pilihanmu?" Pertanyaan itu sukses membuat Ran tersedak. Walaupun sudah sering mendengarnya, kalau saat makan dan tiba-tiba begini siapapun pasti tersedak.
"Uhuk! Uhuk!" ujar Ran sambil berusaha meminum minumannya.
"Ran! Makanya, kalau lagi makan jangan memberi pertanyaan yang tidak-tidak!" sewot Eri.
"Ya ya ya, aku minta maaf. Jadi, bagaimana Ran?" tanya Kogoro ulang.
"Belum ada Ayah. Karena belum ada yang cocok," ujar Ran sambil memakan makanannya kembali.
"Apa? Belum ada?" ujar Kogoro. Sedikit kaget juga sih, tapi ini adalah hal yang biasa bagi Kogoro. Karena sudah tahu apa jawaban anaknya, Kogoro pun sudah menyusun rencana.
"Ayah sudah menyusun rencana untukmu, Ran," ujar Kogoro.
Tuh kan, mulai lagi deh. Pasti untuk perjodohan, pikir Ran.
"Akan ada pesta dansa tepat nanti malam pukul tujuh malam. Ayah akan mengundang beberapa kerajaan dan para bangsawan. Ayah harap ini pesta yang terakhir kalinya," ujar Kogoro smabil beranjak –makannya sudah selesai.
"Huh, menyebalkan! Kenapa sih, Bu aku harus menikah? Padahal umurku kan baru dua puluh tahun," ujar Ran curhat.
"Kami rasa, umurmu sudah cukup untuk menikah dan memberikan keturunan. Lagipula, apa sih kurangnya mereka? Kau selalu saja menolak setiap ada pangeran yang ingin melamarmu! Padahal, mereka itu tidak kurang apa-apa dari segi manapun. Kau ini kenapa, sih Ran?" cerita Eri.
"Tapi, Bu. Mereka itu tidak ada yang cocok denganku! Aku ingin mencari jodohku sendiri. Aku ini sudah besar, Bu. Oh ya, tadi kata ayah kan nanti malam pesta perjodohan terakhir. Kalau begitu, kalaupun nanti malam aku tidak mendapatkan jodoh, aku tidak perlu lagi ikut pesta seperti itu!" seru Ran.
"Apa? Meskipun begitu, ayah dan ibu akan tetap mencarikanmu jodoh sampai dapat!" seru Eri dengan nada mutlak di setiap katanya sambil beranjak pergi –makanannya juga sudah selesai.
Huh! Orang tua macam apa itu! Masa aku mau dijodohkan? Menyebalkan! Kalau begitu, itu artinya, aku harus benar-benar mendapatkan jodohku di pesta nanti malam. Ya, harus, pikir Ran. Sambil terus berpikir tentang pesta tersebut, dia tidak sadar bahwa makanan di piringnya sudah hampir habis. Saat sadar makanannya sudah hampir habis, Ran pun segera menyelesaikan makanannya dengan cepat dan segera beranjak menuju taman.
.
X.x.X.x.X.x.X.x
.
"Putri Ran? Ada yang salah?" tanya Shiho –penasihat kerajaan. Shiho terlihat sedang memetik beberapa bunga di taman.
"Tunggu! Aku jadi penasihat kerajaan?" tanya Shiho memotong cerita Ran.
"Tak apa, kan?" tanya Ran.
"Lanjutkan," ujar Shiho sambil mendengarkan cerita Ran. Ran pun melanjutkan ceritanya kembali.
"Ah, tidak. Tidak ada yang salah," ujar Ran sambil duduk di bangku taman tersebut. Shiho pun ikut duduk di samping Ran.
"Ehm, biar kutebak. Kalau tebakanku benar, pasti tentang pesta nanti malam. Benar?" tanya Shiho tepat sasaran.
"Iya. Kenapa kau tahu?" tanya Ran penasaran.
"Raja sudah memberitahuku. Dia mempercayakan padaku mengenai dekorasi ruang pesta," ujar Shiho.
"Dasar! Mereka itu selalu saja berusaha menjodohkanku! Aku kan bosan," ujar Ran malas.
"Kalau begitu, sebaiknya Tuan Putri harus secepatnya menemukan jodoh yang dimaksud," uajr Shiho, "Putri! Saya ingin kembali memetik beberapa bunga. Jadi, saya tinggal dulu, permisi."
"Ya." Sekarang hanya tinggal Ran sendiri di taman ini. Shiho pergi ke taman yang letakknya agak jauh dari tempat Ran berada. Merasa tidka ada pekerjaan, Ran menghirup udara dalam-dalam.
Ah, segarnya, pikir Ran. Ran pun beranjak dari bangkunya dan berjalan menyusuri taman bunga di depannya. Ada bermacam-macam bunga di sana, ada bunga mawar, lili putih, melati, dan masih banyak lagi. Sejenak Ran berpikir.
'Kalau begitu, aku bertekad harus menemukan cinta sejatiku di pesta itu!' batin Ran sambil tersenyum.
.
X.x.X.x.X.x.X.x
.
Waktu menunjukkan pukul tujuh malam kurang sepuluh menit. Ruang pesta terlihat sudah cukup padat, dihadiri oleh banyak tamu yang diundang. Tampak Kogoro dan Eri sedang berbincang-bincang, sedangkan Ran tampak ditemani oleh Shiho.
"Shiho, bagaimana menurutmu tentang pesta ini?" tanya Ran bosan. Saat ini, dia sednag memakai gaun berwarna ungu pink –bukan nila dengan bagian atasnya terbuka lebar –dari bahu ke bahu , bunga berwarna ungu tersemat dengan indah di tengah baju bagian atasnya, dan tak lupa sarung tangan berwarna pink muda keungu-unguan. Satu kata. Sempurna.
"Yah, menurutku sih biasa-biasa saja. Memangnya kenapa Tuan Putri?" tanya Shiho.
"Dalam satu tahun saja, ayah suka membuat pesta seperti ini lima kali. Tahun ini sudah yang keempat kalinya. Bukankah ini namanya buang-buang uang saja? Kenapa tidak dipakai untuk pendapatan negara saja?" cerocos Ran. Shiho yang mendengar hal itu hanya tersenyum. Dia mengerti. Dia juga tahu. Setiap tahun, selalu saja ada pesta seperti ini hanya untuk menemukan seorang pangeran –atau kurang lebih bangsawan untuk dijadikan suami Tuan Putrinya.
"Kalau saya sih, menurut Tuan Putri saja," ujar Shiho sambil tersenyum, "oh ya. Saya ke sana dulu, ya."
"Ya." Tiba-tiba, Ran melihat seseorang berdesak-desakan di antara para tamu undangan. Dilihat dari kostumnya, ia pasti seorang pangeran. Ornag itupun keluar dari kerumunan dan sekarang tepat berdiri di hadapan Ran.
"A –ah, halo," ujar orang tersebut.
"Halo juga. Kau tadi kesusahan?" tanya Ran dengan nada sedikit bercanda.
"Iya. Kau pasti Putri Ran, ya?" tanya orang tersebut.
"Ya, ini aku. Kau?"
"Aku Pangeran Shinichi," ujar Shinichi. Tak lama kemudian, musik dansa pun mengalun merdu.
"Musik dansa sudah mengalun," ujar Shinichi.
"Terus?" ujar Ran cuek.
"Maukah kau berdansa denganku?" tawar Shinichi mengulurkan tangan layaknya seorang pangeran sejati.
"Ya, aku mau," ujar Ran sambil menerima uluran tangan Shinichi dan mengajaknya ke lantai tengah. Mereka pun mulai berdansa. Saat berdansa, mereka saling menatap satu sama lain. Menatap ke mata masing-masing, seolah sedang jatuh cinta. Sebenarnya itu benar. Hanya dengan pertemuan sesingkat ini, perasaan aneh dan baru, menjalar di hati mereka berdua. Perasaan yang dinamakan...
Cinta...
Tapi, mereka tak tahu bahwa di belakang sana, orang tua Ran sedang memperhatikan mereka berdua dengan tatapan tajam.
"Kogoro, bukankah itu Pangeran Shinichi dari kerajaan musuh?" tanya Eri.
"Berhenti! Masa, aku jadi pangeran dari kerajaan musuh, sih? Nggak ramai donk!" protes Shinichi memotong cerita Ran.
"Sudahlah Shinichi-kun. Nikmati sajalah," ujar profesor. Ran pun mulai bercerita kembali.
"Mana? Oh ya! Benar! Prajurit! Tangkap pangeran yang sedang bersama putriku!" seru Kogoro. Tak lama kemudian, prajurit yang berjumlah lima orang segera datang dan menjalankan perintah rajanya.
"Berhenti! Ran! Berhenti!" seru Kogoro sambil berjalan cepat ke arah Ran.
"Ada apa, Ayah?" tanya Ran sambil memberhentikan dansanya. Kogoro pun mendekat ke arah Shinichi. Kogoro dengan tatapannya yang tajam berkata kepada Shinichi, "jauhi Ran! Jangan dekati dia lagi!"
"Apa? Kenapa?" tanya Ran dan Shinichi kompak.
"Dia..," ujar Kogoro sambil menunjuk Shinichi, "dia pangeran dari kerajaan musuh! Prajurit! Singkirkan dia sekarang juga!"
"Tapi, Ayah.."
"Cepat bawa dia pergi!" seru Kogoro sekali lagi. Namun, sebelum pergi, Shinichi membisikkan sesuatu pada Ran.
'Besok pagi, aku menunggumu di taman. Kita akan pergi.'
.
X.x.X.x.X.x.X.x
.
Pagi-pagi sekali, Ran sudah bangun dari tidurnya. Dia masih kesal dengan orang tuanya. Ran pun teringat tentang perjanjiannya dengan Shinichi.
'Besok pagi, aku menunggumu di taman. Kita akan pergi.'
Ran pun segera bersiap-siap. Setelah mandi, dia dengan menggunakan jubah bertudungnya. Dengan mengesampingkan rasa takutnya, Ran pun nekat melompat dari balkon kamarnya.
Hup.
Untung saja dia tidak terluka. Kakinya mendarat dengan sempurna. Dia pun segera mencari Shinichi. Tak lama kemudian, dia pun menemukan orang yang dia cari. Ran pun segera menghampiri Shinichi. Tampak, Shinichi juga mengenakan jubah bertudung sama seperti Ran.
"Ayo!" seru Shinichi sambil menarik lengan Ran. Mereka pun segera berlari –kabur dari Kerajaan Mouri ini. Taman ini lumayan luas, jadi butuh waktu untuk mencapai pintu gerbang. Baru saja mereka sampai di pintu gerbang dan mneghela napas lega, sebuah suara mengagetkan mereka.
"Berhenti! Cukup sampai di situ! Shinichi, menjauh dari putriku!" seru Kogoro dari kejauhan. Mereka pun segera ambil langkah seribu. Namun, naas prajurit kerajaan sudah ada di depan mereka.
"Ayah!" seru Ran sambil menatap ayahnya yang berjalan mendekat.
"Apa?" tanya Kogoro ketus, "sekarang kau pergi dari kerajaanku dan jangan pernah menginjakkan kakimu di kerajaanku!" Shinichi yang mendengar hal itu ingin protes, tapi para prajurit telah memegang lengannya dan berusaha mengusirnya.
"Lepaskan aku!" protes Shinichi.
"Shinichi! Aku mohon jangan pergi! Aku ingin bersamamu!" seru Ran.
"Aku akan kembali, Ran!" seru Shinichi. Ran pun masih menyerukan Shinichi dan ingin berlari mebebaskan Shinichi walau sebenarnya kedua lengannya sekarang sedang ditahan oleh ayahnya. Namun, Shinichi telah dibawa pergi menjauh sampai tak terlihat lagi oleh pandangan.
"Kenapa? Kenapa Ayah? Kenapa di saat ada pria mendekatiku dan aku mencintainya, Ayah malah melarangku! Aku benci! Aku benci Ayah!" seru Ran sambil menangis dan berlari menuju Kerajaan. Eri yang kebetulan –tidak sepenuhnya kebetulan juga melihat hal itu, sebenarnya dalam hatinya sedih.
'Hah, kenapa di saat Ran telah menemukan jodohnya, kenapa malah seperti ini?' batin Eri.
.
X.x.X.x.X.x.X.x
.
"Hiks, hiks, hiks," tangis Ran. Saat ini Ran sudah berada di kamarnya. Dia sudah mengurung diri sejak tadi.
"Aku benci Ayah!" seru Ran. Ternyata, orang tua Ran kini sedang berada di depan pintu kamar anaknya.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Eri khawatir.
"Tunggu saja. Tidak mungkin dia terus-terusan mengurung diri seperti itu. Ayo kita pergi," ujar Kogoro. Eri pun mengikuti Kogoro menjauh dari kamar Ran. Eri merasa sedih. Dia khawatir juga dengan Ran. Bagaimana kalau dia terus mengurung diri di kamarnya? Itulah yang dipikirkan Eri saat ini.
.
X.x.X.x.X.x.X.x
.
"Ran! Ini sudah waktunya makan malam!" seru Eri di depan kamar Ran. Ini sudah teriakan ketiga kalinya, tapi tak ada sahutan sama sekali. Eri takut, apa yang sedang berkecamuk di pikirannya menjadi kenyataan.
"Ya sudah, Ibu kirimkan makanan ke kamarmu, ya!" seru Eri lalu kemudian pergi. Sebenarnya Eri tahu bahwa pintu kamar Ran tidak dikunci. Dia hanya tidak ingin mengganggu anaknya. Tak lama kemudian, Shiho mengirimkan makanan ke kamar Ran. Dia pun masuk.
"Putri Ran," ujar Shiho. Ran hanya diam tak bergeming. Tatapannya kosong. Shiho tahu mengenai hal ini –Eri menceritakan masalahnya pada Shiho. Sebagai perempuan, sedikit banyak dia mengerti perasaan Ran. Dia pun tak mau mengganggu sang Putri.
"Makanannya kutaruh di sini saja, ya. Cepat habiskan," ujar Shiho lalu beranjak pergi dan menutup pintu dengan pelan. Ran tidak memakan makannya. Menatapnya saja tidak.
Kejadian ini kurang lebih berlangsung sebulan. Dan sebulan itu, Ran hanya makan buah yang ditaruh oleh Shiho ataupun Eri di mejanya. Makanan berat tak disentuhnya sama sekali. Wajahnya kini berubah menjadi tirus. Cahaya yang selalu terpancar kini telah redup. Saat ini, dia sedang berdiri di depan cermin. Dia melihat dirinya sendiri.
'Aku jadi kurus, ya. Sudah sebulan aku tak pernah keluar kamar,' batin Ran. Di depan cermin, Ran sedang merapikan dirinya. Dia memakai gaun berwarna putih hijau. Hijau dibagian badannya dan sebagai kain renda tambahan dari pinggang sepanjang ¾. Gaunnya juga dari bahu ke bahu. Dia pun mengenakan tudung putih khas seorang putri. Tiara dan sepatunya pun berwarna putih. Tak lupa, sarung tangan yang panjangnya melebihi siku telah terpakai. Setelah itu, untuk pertama kalinay setelah sebulan, Ran keluar dari kamarnya. Saat itu, dia melihat keadaan sepi. Ran pun memutuskan untuk pergi ke balkon kerajaan di sebelah samping. Jam delapan pagi, sinar matahari sedang bagus-bagusnya, pikirnya. Semilir angin lembut tak diundang pun datang mengusik Ran.
'Semilir angin ini terasa sangat lembut,' batin Ran. Tapi kemudian, dia teringat akan Shinichi.
"Shinichi, di mana kamu?"
"Aku sudah lelah untuk menunggumu..."
"Aku meragukan janjimu waktu itu..."
"Shinichi, selamatkan aku... Aku merasa sendirian di sini..."
"Aku tetap menunggumu tapi kau tidak pernah datang..."
"Aku datang, Ran..." Suara itupun mengangetkan Ran. Ini suara Shinichi! Shinichi pun segera berjalan ke samping Ran dan berlutut. Kemudian, Shinichi mengeluarkan sebuah cincin berlian yang indah dari sebuah kotak merah beludru.
"Maukah kau menikah denganku? Dengan ini kau tidak akan sendiri lagi. Aku sudah berbicara dengan ayahmu dan kini semuanya aku benar-benar tahu. Ran, apa jawabanmu?" ujar Shinichi melamar Ran. Ran yang mendengarnya sangat terkejut sekaligus sangat senang.
"A –aku.. Aku menerimamu Shinichi...," ujar Ran dengan wajah meronanya.
"Benarkah?" tanya Shinichi sambil berdiri.
"Tentu saja," ujar Ran sambil tersenyum. Kemudian, Shinichi memasangkan cincin tersebut ke jari manis tangan kanan Ran.
"Aku harap kau bisa membuat putriku bahagia," ujar Kogoro tiba-tiba. Kogoro dan Eri berjalan mendekati kedua insan tersebut.
"Oh ya, Shinichi. Tadi kau bilang kau sudah bilang pada ayahku. Caranya?" tanya Ran bingung mengingat semua perlakuan ayahnya terhadap Shinichi.
"Begini, tadi pagi-pagi sekali aku bangun dan menjalankan aktivitas seperti biasanya. Sata aku membuka pintu kamar, aku terkejut karena Shinichi telah berada di depan pintu kamarku. Setelah itu dia langusung berlutut dan meminta izin dariku dan Eri. Awalnya aku menolak keras. Tapi, setelah Eri membujukku dan aku juga lama-lama kasihan padanya, aku pun berkata, 'Daripada kau buang waktu, segeralah serahkan cincin itu dan ambillah sebuah gaun putih yang indah'. Setelah itu, dia pergi dengan tersenyum dan akhirnya dia dapat menemukanmu. Aku titip anakku padamu," ujar Kogoro sambil tersenyum. Ran yang mendengarnya sangat bahagia. Itu terlihat jelas diwajahnya.
"Terima kasih! Terima kasih, Ayah! Ibu!" ujar Ran. Kogoro dan Eri hanya memberikan sebuah anggukan dan senyuman.
"Ran, ayo kita pergi! Mereka sudah menunggu," ujar Shinichi. Ran pun hanya menunjukkan wajah herannya. Kogoro dan Eri? Mereka tersenyum mengingat sudah tahu siapa yang dimaksud 'mereka' oleh Shinichi. Karena melihat Ran yang masih bingung, dengan cekatan Shinichi mendekat dan segera menggendong Ran ala bridal style. Setelah itu, Shinichi berlari dan mereka pun sampai di balkon utama kerajaan –letaknya persis di depan kerajaan. Dan wow! Rakyat Kerajaan Mouri telha berkumpul di bawah! Tampak Shiho juga ada di situ! Shinichi menurunkan Ran pelan. Setelah itu, dia berkata sesuatu.
"Hey, kalian semua! Mulai hari ini, aku resmikan bahwa Putri Ran adalah calon istriku!" seru Shinichi yang langsung disambut meriah. Ran tersenyum bahagia menatap Shinichi. Shinichi yang sadar ditatap akhirnya membalikkan dirinya menghadap Ran.
"Aku pikir kau tidak akan datang," ujar Ran.
"Aku kan sudah berjanji padamu," uajr Shinichi sambil mendekat.
"Terima kasih atas semuanya. Aku sangat bahagia, Shinichi!" ujar Ran dengan wajah yang sedikit memerah saking senangnya. Wajahnya makin memerah lagi tatkala Shinichi makin mempersempit jarak di antara mereka.
"Shi –Shinichi," ujar Ran tergagap. Dia merasakan bahwa darah mengalir deras menuju pipinya dan dapat dipastikan wajahnya sekarang pastilah sangat memerah. Sekarang, Shinichi sednag ebrdiri tepat di hadapan Ran. Dia menatap langsung ke mata Ran. Ran pun balas menatapnya dengan penuh cinta. Shinichi mulai memejamkan matanya dan memiringkan kepalanya, sedangkan Ran ikut memejamkan matanya.
Sepulun sentimeter lagi...
Tujuh sentimeter lagi...
Lima sentimeter lagi...
Tiga sentimeter lagi...
Satu sentimeter lagi...
Dan mereka pun mengeliminasi jarak di antara mereka berdua. Shinichi mencium Ran dengan lembut. Tangan kirinya memegang tangan Ran dan tangan kanannya menekan leher Ran. Sedangkan Ran mengalungkan kedua lengannya di leher Shinichi. Mereka berciuman dan ciuman mereka disaksikan oleh semua warga Kerajaan Mouri. Mereka semua pun bersorak-sorak gembira.
Tak terkecuali beberapa orang yang sedang melihat mereka berdua di balkon tempat Ran tadi.
"Yukiko, akhirnya kerajaan kita bisa bersatu juga," ujar Eri.
"Ya, kau benar," ujar Eri. Kemudian mereka pun berpelukan sebagai tanda pertemanan mereka dimulai.
"Kau juga Mouri! Aku harap kerajaan kita akan tetap damai selamanya tanpa ada konflik," uajr Yusaku.
"Ya, semoga." Kalau Yukiko dan Eri berpelukan, Yusaku dan Kogoro berjabat tangan tanda bahwa di antara mereka sudah tidak ada konflik lagi.
"Setelah itu, Shinichi dan Ran hidup bahagia selamanya," ujar Ran mengakhiri ceritanya. Tampaknya Ran berhasil, anak-anak pun terlihat mengantuk dan sebentar lagi dipastikan mereka akan terbang menuju alam mimpi mereka.
"Wow, cerita yang bagus. Kau memang berbakat menjadi seorang ibu," ujar Shiho.
"Terima kasih. Tidak kok, semua orang itu pasti berbakat menjadi seorang ibu, termasuk kau. Nah ayo, kalian harus tidur, ya!" ujar Ran. Kemudian, mereka bertiga pun tertidur lelap. Ran yang melihat itu pun tersenyum. Dia senang karena dongeng dadakannya berhasil membuat anak-anak ini tidur.
"Semoga jadi kenyataan," celetuk Shinichi. Sedetik kemudian, dia sudah masuk ke alam mimpinya.
"Maksudmu?" tanya Ran. Tapi sayang, Shinichinya sudah tidur.
'Huh, dasar!' batin Ran.
"Shiho, kita tidur, yuk!" ajak Ran sambil merebahkan tubuhnya.
"Ya, ayo."

Sabtu, 17 September 2011

hilang

Dimanakah cinta sejati
Yang memberi ketenangan hati
Sampai kapan ku harus menanti
Kau pergi dan mungkin takkan kembali
XxxxX
Ran terduduk di tepi jendela, memandangi setiap tetesan air hujan yang jatuh. Pikirannya galau. Ia kembali teringat akan kejadian di sekolah tadi siang…
Flashback
Ran dan Sonoko duduk di dekat jendela kelas, menikmati makan siang mereka sambil melihat pemandangan luar saat tiba-tiba, seorang anak laki-laki tak dikenal datang menghampiri mereka. Wajahnya lembut dan tampan.
"Namamu Ran Mouri, kan? Boleh kita bicara?" Tanyanya sopan.
"Ah, ya. Tentu saja." Ucap Ran sambil berdiri dan beranjak keluar dari kelas, mengikutinya.
Halaman belakang SMU Teitan…
"Namaku Takuma Nishizono (OC milik saya). Aku dari kelas X-I." Ucapnya sopan.
"Ah, kau kapten klub memanah kan?" Ucap Ran.
"Ya."
"Lalu, ada apa, tiba-tiba memanggilku?" Tanya Ran sambil tersenyum.
"Aku suka kamu. Kamu mau jadi pacarku?" Tanyanya langsung.
Ran kaget. Wajahnya kebingungan.
"Ahhh, terima kasih. Tapi aku…" Ucapnya ragu-ragu.
"Tak apa, kau tak perlu menjawabnya sekarang. Bagaimana kalau 2 hari lagi? Aku akan datang ke kelasmu. Sudah ya." Ucapnya, lalu berjalan kembali ke gedung.
End of Flashback
XxxxX
Dan aku menangis dan aku terluka bila
Dan aku menangis dan aku terluka bila
XxxxX
Ran menghela napas. Dia tahu, pada akhirnya dia akan menolaknya. Namun, entah mengapa, ada sebersit keraguan hinggap di hatinya.
"Kenapa tidak kau terima saja? Kalau kau terus menunggu dia, kau bisa gila karena kesepian. Hitung-hitung, pelarian. Lagipula, kau kan bukan pacarnya."
Ran kembali teringat ucapan Sonoko padanya. Benar, dia merasa kesepian. Namun dia juga tidak mau memanfaatkan kebaikan orang begitu saja.
"Shinichi… kau pergi kemana, sih?" Ucap Ran pelan.
XxxxX
Kau pergi dariku tinggalkanku
Lewati malam tanpa kasihmu
Kurangkai kata kurangkai nada
Yang kuinginkan hanyalah cinta
XxxxX
Akhirnya, Ran bangkit. Pintu kantor detektif terbuka, memperlihatkan sesosok anak kecil sedang memegangi payungnya.
"Kak Ran, aku pulang!" Ucap Conan.
"Ah, selamat datang, Conan." Ucap Ran.
Conan terdiam. Aneh, pikirnya. Biasanya gadis di hadapannya selalu ceria menyambutnya. Namun sekarang, dia nampak lemas dan tidak bersemangat.
"Kak Ran kenapa?" Tanya Conan tiba-tiba.
XxxxX
Dan semua menghilang
Dan semua menghilang
Dan semua menghilang
XxxxX
"Tidak, aku tidak apa-apa. Conan mau makan apa? Kubuatkan stew saja ya?" Ucap Ran sambil tersenyum.
Conan terdiam. Senyum Ran bukan senyum yang biasanya, senyum yang penuh keceriaan. Bukan, senyum ini senyum yang menyiratkan kesedihan dan kekhawatiran.
"I…Iya…" Ucap Conan.
Ran segera memakai celemeknya dan mulai menyiapkan makan siang mereka.
"Kak Ran, aku ke kamar dulu, ya…" Ucap Conan tiba-tiba.
"Iya… Nanti aku panggilkan kalau makanannya sudah siap." Ucap Ran.
XxxxX
Semua karena cinta ku menangis
Semua karena cinta ku tertawa
Semua karena cinta semua karena cinta
Yang kau tinggalkan hanyalah luka
XxxxX
BIIIP! BIIP! (gimana sih, suara HP?)
Ran menengok. Dilihatnya seseorang menghubungi handphone-nya. Ditinggalkannya masakannya, dan diangkatnya.
"Halo…"
"Hai, Ran."
Ran terkejut. Tak disangkanya, Shinichi akan menelepon di saat-saat begini…
"Shi…Shinichi?"
"Apa kamu sudah lupa suaraku?"
"Ah, tidak. Hanya ingin memastikan saja. Kau baik-baik saja, kan?"
"Ya, aku tidak apa-apa."
"Shinichi…"
"Hm?"
"Kapan kamu akan pulang?"
Shinichi terdiam. Ran hanya menunggu. Bagaimanapun, dia harus tahu kapan maniak misteri itu pulang.
"Aku tak tahu. Mungkin masih agak lama, karena aku masih harus menangani beberapa kasus sulit lainnya. Tapi, aku pasti pulang kok. Kau tunggu saja, ya…"
"Bodoh! Aku sudah bosan menunggu! Apa kau tahu rasanya menunggu seseorang yang tak jelas kapan akan kembali?" Ucap Ran sambil menangis.
Shinichi terdiam. Bodoh, pikirnya. Aku juga sudah bosan menunggu…
"Ran…"
"Aku tak mau alasan! Kamu tidak berhak menyuruhku menunggumu! Aku bukan siapa-siapa! Aku hanya teman sejak kecilmu, itu saja!" Ucap Ran sedih.
Shinichi merasa sesuatu seperti menusuk hatinya. Hanya teman sejak kecil, ya…
"Maafkan aku, Shinichi… Aku…aku sudah capek… Nanti aku telepon lagi saja…" Ucap Ran, lalu diputusnya telepon tersebut.
XxxxX
Dan semua menghilang
Dan semua menghilang
Dan semua menghilang
XxxxX
"Shinichi…" Ucap Ran pelan.
Conan mengintip dari balik pintu, melihat keadaan orang yang paling berharga baginya…
"Shinichi, kamu bodoh! Tak tahukah kamu bahwa aku mencintaimu? Bodoh!" Teriak Ran.
Conan hanya terdiam mendengarnya.
"Aku tahu itu… Aku juga… cinta kamu…"
"Jadi, mau tak mau, aku pasti akan menunggumu! Maniak misteri bodoh!" Ucapnya tiba-tiba sambil tersenyum.
Conan terdiam. Seulas senyum telah merekah di wajahnya.
"Aku juga tahu itu…"

Jumat, 16 September 2011

i'll be there in front of you

Ran berjalan di sebuah taman. Dingin. Salju yang berlapis ada dimana-mana. Dilihatnya sekeliling. Ada yang berjalan sendiri, sama sepertinya. Ada juga anak-anak yang bermain salju, bersama teman-temannya. Namun kebanyakan dari mereka adalah sepasang kekasih yang berjalan berdua dan merapat. Saling menghangatkan satu sama lain. Ran tertunduk sedih. Sudah liburan musim dingin yang kedua kalinya dai tak bersama Shinichi. Yang Ran heran, dia tak pernah memberitahukan dimana dia berada, meski Ran adalah teman kecilnya yang bahkan tahu sampai ke hal terkecil Shinichi. Padahal seandainya dia memberitahu, kemana pun itu mungkin akan dia susul, karena kerinduannya yang tak tertahankan itu.
Memang Ran tahu, bahwa Shinichi adalah cinta pertamanya. Tapi itu tak pernah diketahui oleh siapapun, selain hatinya sendiri. Ia tak tahu, apa anggapan Shinichi terhadapnya, sehingga apa semudah itukah Shinichi pergi darinya. Ia tak pernah lagi menemui Ran sejak mereka berdua pergi ke Tropical Land waktu itu.
"Kak Ran !" panggil seorang ank laki-laki. Ran menoleh.
"Oh, Conan, sedang apa kau disini ?"
Lagi-lagi anak ini mengingatkan Ran pada Shinichi kecil, di awal-awal mereka bertemu. Beberapa kali ia mengira bahwa anak ini adalah Shinichi. Tapi mana mungkin Shinichi beruabha menjadi anak kelas satu sekolah dasar? Sungguh hal yang mustahil. Lagipula jika terjadi sesuatu semacam ini, pastilah Shinichi member tahunya.
"Ti...Tidak kok, tadi aku habis bermain salju bersama teman-teman, begitu aku lihat ada Kak Ran lewat, aku kejar." sebenarnya Conan berbohong. Tapi Ran tak terlalu memperhatikan gurat kebohongan yang ada di wajah Conan. Anak yang sebenarnya Shinichi ini tadi berusaha membuntuti Ran, karena nalurinya yang ingin selalu melindungi Ran, khawatir melihat Ran yang berjalan sendiri tanpa tahu apa yang akan dilakukannya. Ia jadi berinisiatif memanggil Ran karena melihat wajah Ran yang begitu sedih.
"Kak Ran sendiri mau kemana ?" lanjutnya.
"Hmm... Aku cuma mau berjalan-jalan. Ayo, kita pulang saja. Cuacanya semakin dingin." Ran lalu berbalik menuju rumahnya, sambil menggenggam tangan Conan.
Ran jadi tersentak. Tangan yang digenggamnya saat ini sama persis seperti tangan yang dulu memegangnya. Ingatan Ran kembali melayang ke saat sepuluh tahun yang lalu. Sama seperti ini. Musim dingin, Ran kebingungan mencari ibunya yang terpisah darinya di tengah keramaian jalan. Tiba-tiba ada anak yang menarik tangannya.
"Lepaskan! Hei, kamu mau mebawaku kemana ?" tanya Ran hampir menangis.
"Sudahlah, kau tak usah banyak tanya. Aku tadi bertemu seorang ibu yang terpisah dari anaknya. Katanya anaknya itu bermantel biru dan memakai scarf merah muda. Itu pasti kau."
Ran baru ingat. Itu adalah teman sekelasnya, yang baru dikenalnya beberapa hari lalu. Tak disangka, anak laki-laki itu, yang tak lain ialah Shinichi, akan menjadi teman dekatnya, dan akhirnya jadi cinta pertama Ran.
"Ran, tenanglah, aku akan selalu berada di dekatmu."
"Tapi Shinichi..."
Ran terbangun. Itu cuma mimpi. Tapi Ran berpikir itu tadi benar-benar seperti nyata. Apakah itu hanya perwujudan kegelisahannya semata? Karena Shinichi yang tak pernah lagi menemuinya, dan sangat amat jarang hanya untuk meneleponnya.
Apakah Shinichi dengan semudah itu meninggalkannya? Teman semasa kecil tentu sangat tak mudah dilupakan kan? Tapi kenapa Shinichi dengan secepat itu pergi darinya. Apa Shinichi telah dengan mudah mendapat pengganti Ran yang lain ? Hati Ran jadi begitu sakit memikirkannya. Air matanya pun menetes dari edua pelupuk mata indahnya.
Kemudian Ran sadar, ia harus kuat, tegar, seperti yang pernah dikatakan Shinichi padanya. Dan tetap sabar menunggu kembalinya Shinichi kepadanya.
Ditengoknya keluar jendela kamarnya. Nampak daun-daun sudah mulai menghijau. Pertanda dimulainya harapan baru musim semi.
"Hei, ayolah, Ran, nikmati suasana musim semi ini... Lihat, bunga sakura sudah mulai bermekaran...Ini hanya dapat dilihat satu tahun sekali tahu!" kat Sonoko yang menyadarkan lamunan Ran di sebuah bangku taman.
"Oh..maaf Sonoko... Iya, bunga sakuranya indah sekali ya...?" jawab Ran agak sedikit dipaksakan. Ketahuan sekali kalau itu hanya jawaban yang tak terlau tulus.
"Ahaaa... Kau pasti sedang memikirkan si maniak kasus itu kan?"
"Tidak kok...!" seru Ran malu.
"Jangan berbohong, keliatan banget diwajahmu tuh..."
Ran tersenyum kecut. Menandakan tebakan Sonoko tepat pada sasarannya.
"Sudah lama sekali ya, Ran, kalian tidak bertemu. Aku tahu kamu sangat merindukannya. Tapi masa kau terus memikirkannya? Masa bodohlah, Ran... tunggulah saja, biarkan waktu berjalan. Yang penting sekarang nikmati dulu bunga-bunga sakura ini... Daripada kau memikirkan dia... Cuma membuatmu sakit sendiri."
Ran tersenyum. "Benar." lanjutnya.
Ran masuk ke kamar. Lelah rasanya seharian ini dia menemani Sonoko berjalan-jalan kesana kemari. Yah, lebih baik mungkin daripada ia hanya diam di rumah seorang diri, sementara ayahnya pergi keluar kota. Dan Conan sedang berlatih sepak bola bersama teman-temannya. Hobi yang sangat mirip dengan Shinichi, pikirnya.
Ia pun duduk di kursi yang menghadap tepat ke meja belajarnya. Sejurus matanya memandang sebingkai gambar yang terletak rapi di bagian atas meja itu.
Hatinya menjadi sedih lagi. Beribu pertanyaan menghujan lagi di otaknya. Kemanakah Shinichi? Bersama siapa dia? Apakah yang sedang dilakukannya? Apakah Shinichi telah melupakannya? Jawaban yang tak kunjung ia dapatkan dari siapapun, dan satu-satunya jalan ialah menanyakannya dengan orang itu sendiri.
Ran berjalan keluar kamar. Ia tak ingin memandang foto itu, hanya membuatnya luka lagi.
"Eh, Conan, kau sudah pulang ya ?"
"Iya, Kak Ran, aku sudah lelah."
"Istirahatlah. Kalau tidak nanti bisa sakit lho."
Conan memandang Ran dengan seksama. Tampak sekali kesedihan di wajahnya.
"Kak Ran sedih, ya ?"
"Ah, Conan..."
"Memangnya ada apa ?" Conan mulai dapat sedikit membaca pikiran Ran.
"Uhmmm...tidak kok..."
"Jujurlah, Kak...menyembunyikannya cuma menyesakkan diri sendiri saja."
Ran diam. Ia tak ingin kesedihannya diketahui Conan.
"Kak Shinichi ya ?" Conan menunduk. Conan berkata dalam hati, ia sangat benci melihat gadis yang ia sayangi itu menangis, apalagi menangis karena dirinya.
"Eh...uh...mmmmm...Sudahlah, tak usah dibahas." Ran berlalu, kembali masuk kamarnya.
Conan jadi serba salah. Ingin sekai rasanya ia mengatakan yang sebenarnya. Tapi...
Bantal itu mulai basah. Terdengar sedikit suara isakan dari baliknya.
"Kenapa aku menangis hanya karena dia ?" Ran menyadarkan dirinya sendiri. Tangisnya pun mulai berhenti. Biarpun menangis, Shinichi tak akan kembali secepatnya juga. Yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu, dan tak berhenti berharap akan Shinichi.
Benda di atas mejanya berbunyi. Ponselnya.
"Jangan-jangan Sonoko menyuruhku untuk menemaninya lagi..." ucapnya. Diambilnya dengan pelan benda berwarna putih itu.
Di layar itu tertera nomor asing, tanpa nama. Ran bertanya-tanya siapakah itu.
"Ha...Halo..."
"Ran...?" suara itu begitu mengejutkannya. Betapa tidak, itu adalh suar yang sangat dirindukannya belakangan ini.
"Shi...Shinichii...?"
"Apa kabarmu, Ran ?"
"Kamu kemana saja? Apa yang kau lakukan? Dengan siapa saja kamu ? Kenapa kau tidak memberitahuku Shinichi ?" Ran memberondong Shinichi dengan pertanyaan yang menyesakkannya akhir-akhir ini.
"Hei..hei..hei... Sabar..."
"Bagaimana aku bisa sabar kalau kau tak mengabariku samasekali beberapa bulan ini ?" nada bicara Ran mulai meninggi.
"Hahaha...segitu khawatirnya ya kau terhadapku...?"
Ran jadi malu. Padahal Shinichi bukan kekasihnya, tapi kenapa ia menanyai seolah ia sangat mencintai Shinichi ? Ia pun jadi salah tingkah...
"E...ermm..." ia hanya bisa menutupi malunya dengan mengucapkan kata-kata semacam itu.
"Aku baik-baik saja, Ran, tenanglah, aku baik-baik saja disini."
"Kau sedang apa? "
"Biasa, sedang memcahkan suatu kode. Hahaha..." Shinichi berusaha mengubah suasana.
"Kau ini, jangan terlalu memaksakan diri, ya..."
"Kamu juga, Ran, sepertinya kau habis menangis ?"
"Ah, darimana kau tahu ?"
"Suaramu jelas seperti habis menangis, tahu, jelas sekali kedengarannya."
"Hehe..."
"Siapa yang sudah berani membuatmu menangis ? Katakan siapa dia!" Shinichi berpura-pura.
"Bodoh, itu kamu Shinichi."
"Kenapa aku ?"
"Kau tiba-tiba hilang tanpa kabar yang jelas, jelas aku khawatir, Shinichi !" Ran berusaha jujur.
"Bukannya aku tak mau memberitahu kabar samasekali, tapi aku tidak sempat."
"Sudahlah, yang penting aku tahu kamu masih baik-baik saja. Jangan membuatku terus khawatir."
"Baiklah, maaf..."
"Tak usahlah, tak apa."
"Terima kasih."
"Kau sedang dimana ?"
"Di suatu tempat. Tak usah kuberitahu, nanti berbahaya. Yang jelas aku disini sendiri, tak bersama perempuan lain, oke?" Shinichi menggoda.
Ran tertawa.
"Ran, tenanglah, aku akan selalu berada di dekatmu."
Ran kaget. Mirip sekali dengan mimpinya waktu itu.
"Tapi, Shinichi..."
"Tak ada tapi, Ran. Aku pasti akan ada di dekatmu, di hatimu, karena aku menyayangimu."
"Aku juga, Shinichi."
"Aku pasti akan pulang untukmu, Ran. Percayalah."
"Pasti, ya ?"
"Tentu saja, asal kau tetap setia menungguku."
Kepercayaan dan keyakinan akan janji itu selalu menyala didalam hati Ran. Dan semoga saja janji itu akan berakhir dengan kenyataan yang setimpal dengan penantian panjangnya.

Senin, 12 September 2011

crusyal memory

Hampir dua tahun sudah ketika Shinichi, Shiho Miyano atau Ai Haibara beserta FBI dan CIA berhasil menumpas organisasi hitam beserta para petinggi petinggi mereka. Dan mereka juga berhasil menumpas bos besar mereka. Bos organisasi hitam meninggal karena terkena tembakan dari Shuichi Akai yang berhasil menembus jantungnya. Dan juga tembakan dari Shiho yang berhasil menembus otaknya. Waktu itu FBI dan CIA melakukan penggrebekan dadakan ke markas utama organisasi hitam. Jadi tidak ada persiapan apa pun dari pihak organisasi hitam. Karena itu big boss mereka bisa meninggal dengan mudah. Sedangkan Gin mati karena mendapat empat tembakan dari Shinichi dan James. Sedangkan Vodka, Chianti, Korn dan anggota organisasi hitam yang lainnya sudah lumpuh di tangan FBI dan CIA. Sampai sekarang anggota organisasi yang masih hidup hanya Vermouth dan Bourbon atau yang lebih di kenal dengan Okiya Subaru. Setelah organisasi hitam hancur, Okiya memutuskan untuk pergi meninggalkan Jepang. Sedangkan Vermouth ia memutuskan untuk menyerahkan diri kepada FBI setelah mendapatkan dua tembakan dari Jodie Santemillion.
NNNN
Ai juga sudah menemukan data data penawar racun APTX 4869. Setelah mempelajari data data tersebut dan mengalami kegagalan beberapa kali. Akhirnya Shiho berhasil menemukan penawar racun APTX 4869. Setelah Shinichi berhasil kembali ke tubuhnya semula. Ia bergegas menemui Ran, Shinichi lalu menceritakan semuanya kepada Ran, tentang dirinya yang mengecil juga tentang siapa sebenarnya Conan Edogawa. Tentang organisasi hitam, tentang Gin dan Vodkayang telah meracuni nya dengan APTX 4869. Semuanya di ceritakan oleh Shinichi. Ran sangat kaget mendengar seluruh pangakuan dan cerita Shinichi. Dan yang membuat Ran sangat kaget adalah bahwa ternyata Conan anak kecil berkacamata yang selalu bersamanya adalah Shinichi, detektif teman kecilnya, laki laki yang ia tunggu kepulangannya.
NNNN
Awalnya Ran marah besar pada Shinichi karena Shinichi telah membohonginya. Ia merasa tidak di percaya oleh Shinichi untuk menjaga rahasia besar ini. Karena merasa telah di permainkan oleh Shinichi. Setelah Shinichi menceritakan semuanya pada Ran. Ran tidak mau bicara pada Shinichi lagi. Dan selama itu pula Shinichi terus minta maaf dan memberikan pengertian kepada Ran...
Sampai pada sore itu...
N
N
N
N
Shinichi memutuskan untuk menemui Ran dan mengajaknya berbaikan. Shinichi tidak tahan kalau harus diam diaman lama dengan Ran. Apa lagi sudah hampir satu bulan Ran tidak mau bicara dengan Shinichi setelah itu. Sore itu Shinichi memutuskan untuk menunggui Ran sampai Ran selesai latihan karate. Shinichi bertekad harus bisa berbaikan dengan Ran sore itu juga. Shinichi bersandar di depan gedung olah raga tempat Ran latihan karate. Sesekali ia mengintip ke dalam untuk memastikan latihan sudah selesai atau belum. Cukup lama Shinichi bersandar di situ, sampai terdengar derap langkah mendekati pintu luar. Shinichi menoleh ke dalam, rupanya latihan klub karate sudah selesai. Dan para siswa berhamburan keluar dari gedung olah raga. Shinichi menunnggu sampai sosok Ran keluar. Tak lama Ran keluar dari gedung olah raga. Shinichi pun langsung menghampiri Ran dan menyentuh pundaknya.
"Ran..." panggil Shinichi.
Ran pun menoleh. "Shi...Shinichi..." Ran pun bergegas lari meninggalkan Shinichi tapi ternyata gerakannya kurang cepat, karena Shinichi terlanjur menggenggam pergelangan tangan dengan sangat erat.
"Kita harus bicara Ran!" kata Shinichi.
"Shinichi, lepaskan aku!" seru Ran sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Shinichi. Tapi rupanya itu sia sia, karena walau bagaimanapun tenaga laki laki lebih besar dari pada tenaga perempuan. Sekalipun Ran adalah atlet karateka.
"Lepaskan aku Shinichi! Aku mau pulang." Ran kembali meronta.
"Tidak... Kita harus bicara Ran..." Shinichi masih mempertahankan pergelangan tangan Ran dalam genggamanya.
"Tidak... aku tidak mau bicara dengan mu Shinichi. Aku mau pulang!"
"CIE...CIE..." terdengar beberapa murid yang juga baru keluar dari gedung olah raga.
"Kayaknya suami istri lagi ribu nih..." kata salah seorang murid laki laki.
"Cepatan baikan ya!" kata salah seorang murid perempuan.
Ran dan Shinichi yang mendengar itu semua tidak mempardulikan ucapan teman temannya itu. Shinichi masih menggenggam pergelangan tangan Ran. Dan Ran masih berusah melepaskan pegelangan tangannya yang di genggam Shinichi. Shinichi pun langsung membawa Ran meninggalkan gedung olah raga.
"Lepaskan aku Shinichi..." bentak Ran.
Shinichi membawa Ran ke taman sekolah mereka.
"LEPASKAN AKU DETEKTIF BODOH..."teriak Ran. Dan tangan Ran pun berhasil terlepas dari genggaman Shinichi. Ran pun mengelus pergelangan tangannya yang di genggam erat oleh Shinichi. Keduanya hanya diam...
"Aku mau pulang... " kata Ran.
"Tunggu... dengarkan aku dulu Ran!"
"Dengarkan apa Shinichi?... Tidak ada yang harus di bicarakan dan di dengarkan lagi!"
"Banyak Ran... Banyak yang harus ku jelaskan dan banyak yang harus kau dengarkan!"
"Apa lagi yang akan kau jelaskan Shinichi? Kebohongan apa lagi yang akan kau ciptakan hah?" tanya Ran dengan suara tinggi. Sambil membalikan badan menghadap Shinichi. "Apa tidak cukup dengan kau berbohong kepada semua orang bahwa kau Conan Edogawa!"
"Maafkan aku Ran bukan maksudku untuk berbohong kepadamu dan kepada semua orang." Kata Shinichi pada Ran yang sekarang duduk di bangku taman itu.
Hening sejenak...
"Kau tahu, aku merasa jadi perempuan paling bodoh di dunia. Saat aku sadar bahwa aku menunggu lelaki yang jelas jelas selalu ada di samping ku. Aku bahkan menceritakan semuanya tentang Shinichi pada Conan, menceritakan tentang masa kecil kita pada Conan. Dan selalu menanyakan keberadaan mu selama menghilang. Saat itu dalam hatimu kau pasti sedang menertawakanku dan menganggap kalau aku ini bodoh?" Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Ran.
"Tidak ... aku tidak pernah menertawakanmu!"
"A...aku bahkan juga sudah pernah mengungkapakan perasaanku padamu kepada Conan yang ternyata adalah dirimu. Bahkan sudah ratusan liter air mata yang ku keluarkan hanya untuk mu. Pasti kau senang kan Shinichi ?"
"Tidak aku tidak pernah senang sedikitpun. Justru aku sedih karena kau harus membuang air matamu yang berharga, hanya untuk detektif bodoh sepertiku."
"Lalu kenapa kau bohong padaku Shinichi? Kenapa kau tidak pernah bicara padaku kalau kau adalah Conan, kenapa kau baru jujur padaku saat kau sudah kembali menjadi Shinichi. Kenapa?"
"I...Itu karena... A...aku tidak mau kau terlibat dalam bahaya Ran!"
"Bahaya? Memangnya apa yang akan terjadi padaku kalau aku mengetahui yang sebenarnya?" tanya Ran.
"K...kau bisa diincar organisasi itu... Dan aku tidak mau itu terjadi..!"
"Tapi kau memeberitahu Prof. Agasa, Heiji juga gadis yang bernama Shiho tak memberitahuku, apa kau tidak percaya padaku Shinichi? Kalau kau memberitahuku aku pasti akan menjaga rahasiamu Shinichi. Kalau kau takut aku terlibat dalam bahaya, aku bisa menjaga diriku sendiri sehingga aku tidak akan terlibat dalam bahaya apa pun. Buktinya... Prof Agasa dan Heiji sampai sekarang baik baik saja. Bahkan mereka ikut membantumu dalam memnumpas organisasi itu. Sedangkan aku hanya berbuat bodoh dengan selalu menanyakanmu dan menangis karena merindukan mu... Aku bahkan tidak bisa berbuat apa apa untuk memebantumu..." Ujar Ran panjang lebar. Kali ini air mata sudah mengalir deras dari pelupuk mata Ran.
Sedangkan Shinichi dia hanya bisa berdiri mematung melihat gadis ia sayangi itu sesenggukan. Ia hanya bisa bisa memandangi Ran dengan wajah sedih. Shinichi menjadi semakin bersalah telah memebohongi gadis yang menempati hatinya itu.
"Kenapa kau bohong padaku Shinichi? Kenapa kau tak jujur padaku?, Kenapa?" Ucap Ran berkali kali dengan air mata terus mengalir dari pelupuk matanya.
Shinichi yang melihat Ran menagis langsung berlutut di hadapannya. Lalu Shinichi pun memeluk Ran. Kali ini Ran tidak meronta walaupun ia tidak membalas pelukan Shinichi.
" Maafkan aku Ran aku terpaksa berbohong kepadamu ataupun pada semua orang. Karena waktu itu aku tak punya pilihan lain. Tapi walaupun aku jujur padamu... Pasti kau juga akan bertambah sedih jika melihat tubuhku mengecil. Dan aku tidak mau melihat gadis yang aku cintai mengeluarkan air mata lagi untukku." Shinichi pun mengeratkan pelukannya pada Ran.
Ran pun mulai sesenggukan lagi di bahu Shinichi. Perlahan ia mulai membalas pelukan Shinichi. Sekarang ia mulai bisa mengerti posisi Shinichi. Ia tahu sebenarnya Shinichi tidak mau berbohong kepadanya atau kepada siapa pun. Dan lebih tepatnya Shinichi juga tidak mau mengalami kejadian ajaib seperti ini. Karena keaadaan lah yang membuat Shinichi harus berbohong kepada semua orang termasuk dirinya.
" Dan terima kasih Ran kau sudah mau menunggu ku." Kata Shinichi.
"Iya Shinichi... Maafkan aku!" Shinichi pun merenggangkan pelukannya pada Ran. Sehingga ia bisa melihat wajah Ran. Ia terlihat bingung.
"Maaf untuk apa Ran, seharusnya kan aku yang minta maaf?" Tanya Shinichi pada Ran yang tengah menghapus air matannya.
"Maaf karena aku sudah marah padamu, bagaimanapun kau melakukan itu juga untuk kebaikan orang orang di sekitarmu kan? Dan maaf karena aku sudah bersikap bodoh dan tidak mengerti keaadaan Shinichi."
Shinichi tersenyum mendengar penuturan Ran. "Jadi kau juga sudah memaafkan ku Ran?"
Ran mengangguk mantap. Shinichi pun kembali memeluk Ran yang langsung di balas oleh Ran.
"Terima kasih Ran...Dan aku mencintaimu..."
"Aku juga mencintaimua Shinichi..." Shinichi pun mengeratkan pelukannya pada Ran. Matahari tenggelam pun menjadi saksi bisu pernyataan cinta mereka...
Sejak sore itu status hubungan Ran dan Shinichi yang dulunya adalah teman sejak kecil berganti menjadi sepasang kekasih. Tidak ada yang berubah dengan keseharian mereka. Keseharian mereka tetap seperti biasa berangkat sekolah bersama juga pulang bersama. Shinichi kembali menjadi detektif SMU, Ran tetap mengikuti latihan karate seperti biasa. Shinichi juga tidak ragu lagi untuk memeluk Ran atau sekedar mencium pipi Ran. Terkadang Shinichi malah sering bermanja manja pada Ran bahkan Shinichi sering menggoda Ran sehingga wajah Ran semerah tomat. Ran juga baru tahu kalau Shinichi ternyata bisa manja juga. Karena selama ini Shinichi terlihat cuek dan mandiri. Ran juga sering membuatkan sarapan atau makan siang untuk Shinichi. Shinichi kan tinggal sendiri jadi terkadang makanan detektif itu tidak teratur apalagi kalau ia sedang menangani banyak kasus. Karena Ran termasuk murid perempuan yang populer di SMA Teitan, jadi ia banyak di sukai murid laki laki. Sering sekali ketika ia sedang bersama Shinichi banyak murid laki laki yang menggoda Ran. Dan Shinichi langsung cemberut bila itu terjadi. Ia langsung menggandeng tangan Ran atau merangkul Ran. Seakan ia ingin memberitahukan pada semua orang bahwa Ran adalah miliknya. Sedangkan Ran hanya tertawa jika melihat Shinichi cemburu.
N
N
N
N
Pada umur Shinichi yang ke 19 ia memutuskan untuk melamar Ran. Entah apa yang meyakinkan Shinichi sehingga ia merasa mantap untuk melamar kekasihnya saat itu juga. Untuk melaksanakan niatnya itu. Shinichi mengajak Ran ke tempat kenangan mereka yaitu Tropical Land. Tidak lupa Shinichi juga menyiapkan cincin untuk menyempurnakan niatnya. Jadilah hari Sabtu mereka pergi ke Tropical Land.
"Shinichi..." Panggil Ran yang tangannya masih bergandengan dengan Shinichi. Ketika mereka memasuki Tropical Land.
"Ada apa Ran?" tanya Shinichi.
"Kenapa kau mengajak aku ke sini?"
Shinichi terlihat bingung dengan pertanyaan Ran. "Memangnya kenapa Ran, kau tidak mau ke sini ya?"
"Tidak, bukan begitu! Hanya saja..." Ran menggantungkan kata katanya dan langsung menunduk.
Shinichi heran melihat Ran yang menggantungkan kata katanya.
"Hanya saja apa Ran?"
Ran perlahan medongakkan kepalanya. "Hanya saja aku takut kalau kau akan meninggalkanku lagi seperti dulu."
Shinichi hanya tertawa kecil mendengar ucapan Ran. Dan Ran cemberut karena di tertawai oleh Shinichi.
"Kenapa kau tertawa Shinichi?" tanya Ran kesal.
"Bodoh, aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi Ran!" Kata Shinichi lalu mencium singkat pipi Ran Dan membuat muka Ran bersemu merah. Perasaan tenang dan lega mulai menghampiri Ran.
"Benarkah?"
"Iya..."
~~~NNNN~~~
Ran dan Shinichi pun menghabiskan Sabtu mereka dengan bersenang senang di Tropical Land. Setelah puas menaiki semua wahana yang ada di Tropical Land, Ran dan Shinichi pun melanjutkannya dengan bermain ice skating. Tepat saat matahari tenggelam. Puluhan kembang api bermunculan di udara.
PLETAKK... PLETAKK...
DUARRR... DUARRR...
"Indahnya" gumam Ran saat melihat kembang api itu. Sementara Shinichi hanya melihatnya sambil tersenyum. Shinichi kembali melirik jam tangannya.
"Ayo..." Shinichi pun menggandeng tangan Ran keluar dari arena skating. Setelah keduanya melepas sepatu skate mereka. Shinichi menggandeng tangan Ran sambil berlari menuju suatu tempat. Sementara Ran, ia hanya pasrah Shinichi mau membawanya kemana.
Ternyata Shinichi membawa Ran ke satu satunya lantai air mancur yang ada di Tropical Land. Shinichi melirik sekilas jam tangan silver yang melingkar di pergelangan tangannya. Kemudian ia mulai manghitung mundur.
"3... 2...1"
Air mancur pun bermunculan dari lantai berbentuk matahari itu.
Brush...Brush...
Shinichi dan Ran yang berdiri di tengah tengah lantai air mancur itu kini di kelilingi air mancur yang keluar dari lantai tersebut. Ran melihat ke sekeliling nya dengan kagum. Karena sudah lama ia tidak malihat pemandangan indah tersebut. Sementara Ran masih melihat sekelilingnya. Shinichi segera mengeluarkan kotak cincinnya dan berlutut di hadapan Ran. Ran yang sudah puas melihat sekelilingnya langsung kaget melihat sebuah cincin dihadapkan kepadanya. Dengan Shinichi yang berlutut di hadapannya sambil menyodorkan cincin tersebut.
"Shi... Shinichi..." Shinichi hanya tersenyum mendengar Ran menyebut namanya.
"Ran Mouri will you marry me?"
"Shinichi..." Ran tidak bisa berkata apa apa selain menyebut nama laki laki yang sedang melamarnya. Perasaannya campur aduk sekarang antara senang, bahagia dan terharu. Sementara Shinichi, ia masih berlutut di hadapan Ran menunggu jawaban dari kekasihnya itu. Tapi dalam hati, sebenarnya Shinichi deg-degan menunggu jawaban dari Ran. Walaupun begitu Shinichi optimis Ran akan menerima lamarannya.
" Yes, I will Shinichi... I will." Ucap Ran.
Shinichi yang mendengar ucapan Ran langsung berdiri dan memasangkan cincin emas putih itu di jari manis Ran. Dan langsung memeluk Ran. Perasaan bahagia, senang sekaligus lega kini menyelimuti Shinichi dan Ran. Tanpa sadar air mata bahagia sudah mengalir pelan dari pelupuk mata Ran. Sesaat kemudian Shinichi merenggangkan pelukannya pada Ran. Sehingga Shinichi bisa melihat wajah Ran yang sudah basah dengan air mata bahagia. Perlahan Shinichi menghapus air mata Ran.
"Kenapa menangis Ran?" tanya Shinichi walaupun ia tahu Ran menangis bahagia.
"Ini air mata bahagia Shinichi." Jawab Ran.
Shinichi pun kembali memeluk Ran dengan erat. Begitu pula Ran ia memeluk Shinichi dengan erat. Di tengah tengah air mancur itu Shinichi dan Ran berpelukan erat seakan tak mau kehilangan satu sama lain.
Setelah melamar Ran, Shinichi menghubungi orang tuanya dan meminta orang tuanya untuk pulang ke Jepang. Akan tetapi Shinichi tidak bilang bahwa ia sudah melamar Ran. Ia hanya bilang ada yang ingin di bicarakan dengan ayah dan ibunya. Dan itu memenbuat Yukiko, ibunya kesal. Karena Shinichi tidak mau jujur padanya. Mendengar ibunya kesal. Shinichi malah menyuruh ibunya menebak apa yang ingin ia bicarakan.
N
N
N
N
"SHINICHI,!" teriak Yukiko ketika ia baru sampai di rumahnya. Dan langsung mendapati anaknya msih tidur pulas di atas ranjang dan masih meringkuk bawah selimut.
Karena mendengar suara teriakan Shinichi menggeliatkan tubuhnya dan perlahan membuka matanya. Ia ingin tahu siapa orang yang pagi pagi begini sudah berisik dan mengganggu tidurnya.
"HOAHMM," Shinichi menguap lebar. Lalu bangun dan duduk di atas tempat tidur. Shinichi langsung kaget mendapati ibunya yang berdiri di depannya sambil berkacak pinggang lalu ayahnya berdiri di samping ibunya.
"Kenapa ayah dan ibu pagi pagi begini sudah ada di sini?" tanya Shinichi heran.
"Huh, bukannya kau yang menyuruh kami ke sini, sekarang kami sudah datang, lalu apa yang ingin kau bicarakan?" tanya ibunya panjang lebar.
"Kalau begitu aku siap siap dulu." Kata Shinichi sambil bangkit dari tempat tidur.
"Siap siapa ke mana?" tanya ibunya heran.
"Tentu saja ke rumah Ran."Jawab Shinichi lalu menutup pintu kamar mandi.
"Untuk apa kita ke rumah Ran?" tanya Yukiko entah pada siapa. Lalu ia menoleh ke arah suaminya seakan bertanya mau apa kita ke rumah Ran? Sedangkan Yusaku hanya menjawab tatapan istrinya dengan kedikan bahu.
~~~NNNN~~~
Beberapa menit kemudian Shinichi dan keluarganya sudah duduk rapi di meja makan. Mereka menyantap sarapan buatan Yukiko.
"Jadi Shin-chan apa yang mau kau bicarakan pada kami?" tanya Yukiko lembut.
"Nanti ibu juga akan tahu sendiri." Jawab Shinichi sembari memasukkan potongan roti ke dalam mulutnya. Yukiko hanya mendengus kesal mendengar jawaban anaknya yang masih saja tidak mau jujur padanya.
"Bukannya waktu itu aku sudah meminta ibu untuk menebaknya kan?" Kata Shinichi.
"Ibu pikir kau mengecil jadi Conan lagi?"
"Ha...ha...ha, itu tidak mungkin bu, dari dulu, sekarang dan selamanya, aku akan tetap menjadi Shinichi Kudo."
"Bukannya kau sempat berevolusi menjadi Conan Edogawa ya?" ledek Yukiko
"Ya... Ya aku akui itu." Kata Shinichi mengalah.
"Oh... iya Shinichi tadi kau bilang kita akan ke rumah Ran kan. Mau apa kita kesana?" Tanya Yusaku yang sejak tadi tadi belum mengeluarakan suaranya.
"Nanti juga ayah akan tau sendiri." Jawab Shinichi. Di tanya seribu kali pun Shinichi tidak mau jujur pada orangtuanya. Yusaku dan Yukiko pun menyerah menanyai anaknya itu. Toh nanti mereka juga akan tahu apa yang akan di sampaikan oleh putra semata wayangnya itu.
~~~NNNN~~~
Beberapa menit kemudian Shinichi bersama ke dua orang tuanya sudah sampai di rumah Ran.
"Lho Yukiko,..." sapa Eri, yang ternyata sudah ada di kantor detektif Mouri. "Dan Yusaku juga ya?"
"Kenapa kalian ada di sini ada apa?" tanya Kogoro sang tuan rumah.
"Kami juga tidak tau, Shinichi yang menyuruh kami kemari." Jawab Yusaku.
"Ran juga menelponku tadi pagi, katanya ada hal penting yang mau di bicarakan." Kata Eri lalu menyesap tehnya.
"Sebenarnya ada hal yang ingin aku dan Shinichi bicarakan pada kalian." Kata Ran sambil menyuguhkan teh pada Shinichi, Yusaku dan Yukiko. Lalu kembali duduk di samping Shinichi.
"Lalu apa yang ingin kalian bicarakan?" tanya Yukiko.
Shinichi dan Ran hanya saling berpandangan dan tangan mereka saling menggenggam erat. Kalau boleh jujur sebenarnya Shinichi dan Ran gugup sekali tetapi kilatan kebahagian mulai terpancar dari raut muka mereka.
Dalam beberapa detik Shinichi dan Ran masih berpandangan. Mereka tidak tahu harus memulai dari mana. Sedangakan Kogoro, Eri, Yukiko dan Yusaku masih menunggu dengan sabar apa yang mau di bicarakan putra putri mereka.
"Ayah, ibu... Paman Kogoro, Bibi Eri,..." Shinichi memulai pembicaraan , "sebenarnya ada yang ingin kami sampaikan pada kalian." Kali ini muka Shinichi sudah mulai memerah.
"Sebenarnya kami ingin...ehm... kami ingin..." ucap Ran dengan muka yang mulai blushing.
Ran dan Shinichi pun menarik nafas dalam dalam untuk mengurangi ke gugupan mereka. Mereka harus mengakhiri pembicaraan bertele tele ini dan mengatakan maksud mereka yang sebenaranya sebelum orang tua mereka mulai bosan meenunggu.
"Ayah, Ibu... Kami ingin meminta restu kalian untuk menikah." Ucap Ran dan Shinichi bersamaan. Keduanya menunggu reaksi orang tua mereka dengan gugup.
1 DETIK
2 DETIK
3 DETIK
"APAAA, M...MENIKAH,..." Tanya Kogoro tak percaya. Eri juga terkejut mendengar permintaan putrinya itu ia menatap Ran untuk mencari kesungguhan di mata pun terkejut mendengar permintaan putranya itu namun sedetik kemudian Yukiko terlihat senang mendengar permintaan putranya. Yusaku juga terkejut mendengar permintaan putranya itu namun sedetik kemudian seulas senyum terukir dari wajahnya.
"Aku merestui kalian." Ucap Yusaku kemudian yang membuat tiga orang di sebelah kanan nya terkejut karena Yusaku bisa memberi restu semudah itu.
Ran dan Shinichi tersenyum cerah mendengar ucapan Yusaku. Mereka merasa senang dan lega karena sudah mendapat restu dari ayah Shinichi.
"Tunggu... Tunggu sebenaranya ada apa ini, kenapa kalian tiba tiba minta restu untuk menikah?" tanya Eri penuh selidik.
"Apa maksud ibu?" tanya Ran gugup.
Eri pun menatap Ran tajam. "Ran, apa kau sudah hamil duluan?" tanya Eri yang membuat semua orang di situ terkejut bukan main.
"Kau sudah di hamili oleh bocah ini, Ran?" tanya Kogoro dengan suara yang tinggi.
"Eh... B...Bukan ayah, ibu, aku tidak hamil." Jelas Ran.
"Shin-chan, apa kau dan Ran-chan sudah pernah melakukan 'itu'?" Yukiko ikut ikutan bertanya.
"Tidak ibu. Aku dan Ran tidak pernah seperti itu." Bantah Shinichi tegas.
"Kenapa ayah dan ibu bisa berpikiran seperti itu sih?" tanya Ran kesal.
"Salah kalian juga kan, tiba tiba meminta restu untuk menikah. Itu kan menimbulkan kecurigaan." Yusaku angkat bicara.
"Bukan begitu Ran. Apa kalian yakin ingin menikah?" tanya Eri yang dijawab anggukan mantab oleh Ran dan Shinichi.
"Shin-chan, Ran-chan, apa kalian benar benar yakin? Kalian kan masih muda?" Tanya Yukiko memastikan.
"Memang kenapa kalau kami masih muda.?" Tanya Shinichi.
"Bukankah Ayah dan Ibu dulu juga menikah di usia muda?" kata Ran dan Shinichi bersamaan. Yang membuat kedua orang tua mereka sweatdrop.
"Aku merestui kalian." Seru Yukiko kemudian. "Bagaimana Eri?" tanya Yukiko pada sahabat karibnya.
"Baiklah kalau kalian benar benar yakin..., Aku merestui kalian." Ucap Eri. Shinichi dan Ran lega mendengar restu dari kedua ibu mereka.
"Lalu ayah?" tanya Ran pada Kogoro yang belum memberikan restunya. Shinichi dan Ran deg degan menunggu apa yang akan dikatakan Kogoro. Begitu juga dengan ketiga orang di sebelah kirinya.
"Baiklah...Baiklah... Aku merestui kalian. Kalian boleh menikah..." Kata Kogoro kemudian. Shinichi dan Ran lega mendengarnya. Kini perasaan bahagia menggelayuti diri mereka.
"Terima kasih Ayah." Kata Ran senang dan langsung memeluk sang ayah.
"Iya... Iya..." balas Kogoro. "Hei bocah, Kau harus membahagiakan anakku. Awas kalau tidak!" Ancam Kogoro. Huh,...sebenarnya aku tidak mau semudah itu memberi restu pada Ran dan bocah ini. Tapi semuanya sudah setuju. Ya sudahlah... Toh sepertinya Ran sangat mencintai bocah detektif ini. Batin Kogoro
"Iya... paman, pasti. Terima Kasih paman." Kata Shinichi dengan cengiran di wajahnya.
"Jadi kapan kalian akan menikah?" tanya Yukiko antusias. Pada Shinichi dan Ran yang sudah duduk di sebelah Shinichi lagi.
"S...sebenarnya kami juga belum tahu." Jawab Shinichi.
"Bagaimana kalau tanggal 19 saja." Usul Yusaku.
"Boleh juga!" sahut Yukiko, "bagaimana Eri, Kogoro?" Tanya Yukiko pada dua orang di sebelahnya.
"Ya... Aku setuju. Aku rasa itu hari yang bagus... Bagaimana?" tanya Eri pada suaminya.
"Terserah kalian saja." Jawab Kogoro santai.
"Bagaimana kalian setuju kan kalau tanggal 19?" tanya Yusaku pada Shinichi dan Ran.
"Iya... Terserah kalian saja." Jawab Shinichi.
"Kami ikut kalian saja." Tambah Ran.
"Yaay, Ran-chan jadi menantuku." Seru Yukiko senang.
Kini Shinichi dan Ran sangat bahagia. Restu sudah mereka kantongi,, tanggal pernikahan pun sudah di tentukan. Kini mereka hanya tinggal menunggu hari bahagia itu tiba.
N
N
N
N
~Rumah Sonoko~
Siang itu Sonoko sedang bersantai di kamarnya. Putri bungsu keuarga Suzuki itu tampak sedang tidur tiduran di ranjang sambil membaca majalah. Tak lupa setoples biskuit juga tersedia di depan Sonoko.
Tok...Tok...Tok... Pintu kamar Sonoko di ketuk oleh seseorang.
"Masuk !" perintah si empunya kamar. Dan masuklah salah satu pelayan keluarga Suzuki.
"Nona Sonoko ada undangan untuk anda." Kata pelayan itu sembari menyerahkan undangan berbentuk persegi panjang dan berwarna putih tersebut. Setelah menyerahkan undangan tersebut pelayan itu langsung meninggalkan kamar Sonoko.
Dan Sonoko langsung membuka undangan tersebut lalu membacanya.
"HAH... RAN DAN SHINICHI MENIKAH?" Seru Sonoko keras setelah membuka undangan itu. Sampai sampai biskuit yang ia gigit jatuh mengotori undangan pernikahan Shinichi dan Ran yang baru ia terima.
"Kenapa Ran tidak bilang-bilang padaku kalau mau menikah, ini kan penting." Kata Sonoko kesal.
~~~NNNN~~~
~Osaka/Rumah Heiji~
"HEIJIIII...!" Teriak Kazuha berlarian masuk ke rumah Heiji.
"Heiji di mana bi?" tanya Kazuha ngos-ngosan pada ibu Heiji yang sedang menyusun bunga di teras rumah.
"Heiji sedang tidur siang di kamarnya." Jawab Ibu Heiji.
"Terima kasih bi." Kazuha pun segera masuk ke dalam rumah Heiji dan berlari ke kamar Heiji.
Saat Kazuha membuka kamar Heiji. Ia mendapati Heiji sedang tertidur pulas di atas ranjangnya. Kazuha pun membangunkan Heiji dengan mengguncang guncangkan tubuh Heiji.
"HEIJI BANGUN!" Teriak Kazuha. Heiji yang merasa terganggu pun perlahan mulai terbangun.
"JANGAN TERIAK TERIAK DONG BODOH!" Teriak Heiji yang tak kalah kerasnya dengan Kazuha. Kazuha yang mendengar teriakan maut Heiji langsung menutup kedua kupingnya.
"Ada apa kau kesini?" tanya Heiji yang sudah duduk di atas ranjang.
"Ini!" Kazuha pun menyerahkan undangan pernikahan Shinichi dan Ran yang ia bawa.
"Undangan apa ini?"
"Baca saja!" Heiji pun langsung membuka undangan berwarna putih itu dan membacanya.
"S...Shinichi Kudo dan Ran Mouri... MENIKAH...!" Seru Heiji saat membaca undangan tersebut.
"Iya...mereka berdua menikah tapi tidak memberi tahu kita." Sambung Kazuha.
Heiji pun membolak balikkan undangan tersebut. Lalu kemudian ia tertawa.
"Ha...ha... ha, Mereka mau mengerjai kita ya, dengan mengirim undangan pernikahan ini!" kata Heiji kemudian.
"Hah?, Kalau mereka mengerjai kita, kenapa orang tua ku juga dapat undangan?" tanya Kazuha bingung.
"Orang tua mu juga dapat, berarti orang tua ku juga..." gumam Heiji lalu keluar dari kamarnya diikuti Kazuha.
"Ibu, apa ibu dapat undangan pernikahan?" tanya Heiji pada ibunya yang masih merangkai bunga di teras.
"Undangan pernikahan Shinichi kan, Nih ibu juga dapat." Kata Shizuka sambil menunjukkan undangan miliknya.
"Kalau ayah dan ibu dapat, undangan punya ku mana?" tanya Heiji.
"Undangan mu tu ini,bodoh." Kata Kazuha sambil menunjuk undangan yang di pegang Heiji. Heiji hanya menunjukkan tatapan bertanya pada Kazuha.
Kazuha pun hanya menunjukkan label nama yang bertuliskan
To: Heiji Hattori &Kazuha Toyama. Yang tertera di bagian depan undangan tersebut.
"Kenapa undangan kita cuma satu?"tanya Heiji.
"Entahlah." Jawab Kazuha.
Tch. Dasar Shinichi pelit. Batin Heiji.
~~~NNNN~~~
~Kepolisian Pusat~
"Ini pasti akan menjadi berita terhangat Minggu ini." Kata Yumi yang sedang berjalan menyusuri lorong kantor kepolisian pusat menuju Divisi satu bagian investigasi kejahatan prmbunuhan. Untuk menyerahkan undangan pernikahan Shinichi dan Ran yang baru di kirim tadi. Dan kebetulan ia yang menerimanya. Dan sekarang Yumi harus memnyerahakan undangan undangan tersebut kepada yang berhak.
"Selamat Pagi." Sapa Yumi saat memasuki ruangan investigasi divisi satu.
"Pagi..." sapa Takagi pada Yumi.
"Lho Yumi... Kenapa pagi pagi kau sudah ada di sini?" tanya Miwako.
"Aku hanya mau menyerahkan ini." Jawab Yumi sambil menunjukkan setumpuk undangan yang ia bawa.
"Apa itu?" tanya Chiba.
"Undangan." Yumi pun langsung menyerahkan undangan itu pada semua orang yang ada di situ. Ins. Megure, Miwako dan Takagi, Ins. Shiratori, juga Chiba.
"A...Anu Yumi , kenapa undanganku dan Miwako hanya satu?" tanya Takagi.
"Eh...Benarkah?,... Ya aku tidak tau."
"Undangan pernikahan siapa sih?" tanya Miwako sembari membuka undangan miliknya dan Takagi. Tampak semua orang di situ sedang membuka undangan mereka.
"S...Shinichi Kudo dan Ran Mouri... Menikah..." kata Takagi setelah membaca undangan itu.
"Oh... Rupanya sang detective muda mau menikah..." komentar Shiratori. "Mendahului aku ya." Lanjutnya.
"Pantas saat aku bertemu dengan Shinichi kemarin ia terlihat bahagia... ha...ha Rupanya mau menikah..."kata Megure.
"Ya sudah ya semuanya... Aku harus patroli." Kata Yumi lalu keluar dari ruangan investigasi sambil mengayunkan undangannya.
~~~NNNN~~~
~Rumah Prof. Agasa~
"Udara pagi memang menyegarkan." Kata Prof Agasa setelah menghirup nafas panjang. Ia pun segera memasang selang yang sudah ia keluarkan dari garasi rumahnya pada keran air. Prof. Agasa mulai menyiram tanaman yang ada di halaman rumahnya yang di tanam oleh Genta, Mitsuhiko dan Ayumi beberapa hari yang lalu.
Setelah menyiram tanaman seperti biasa Prof. Agasa memeriksa kotak pos. Terdapat dua buah undangan di dalam kotak pos rumah Prof Agasa.
"Undangan apa ini?" tanya Prof Agasa saat melihat undangan itu. Prof Agasa pun mengambil undangan itu lalu masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah ternyata Shiho sedang duduk di ruang tamu sambil membaca koran pagi. Di depan Shiho juga ada secangkir teh. Prof . Agasa pun menaruh undangan milik Shiho di samping cangkir teh gadis itu.
"Apa ini Profesor?" tanya Shiho.
"Undangan,... tadi aku menemukannya di kotak pos." Jawab Prof Agasa sembari membuka plastik undangan tersebut. Shiho pun juga membuka undangan miliknya.
Sakit... itulah yang dirasakan hati Shiho saat membaca undangan pernikahan Shinichi dan Ran.
"Wah... Rupanya Shinichi dan Ran mau menikah...Pantas Yusaku dan Yuakiko lama di Jepang... Kenapa sebelumnya kita tidak tau ya, padahal kita bersebelahan, benarkan Shiho?" kata Prof. Agasa pada Shiho.
"Shiho?" panggil Prof Agasa lagi karena Shiho tidak menanggapi ucapannya.
"Eh... I... iya Profesor, benar." Jawab Shiho. "Profesor aku ke ruang bawah tanah dulu ya, masih ada pekerjaan di sana." Kata Shiho lalu berlari kecil menuju ruang bawah tanah.
hanya bisa memandang Shiho sedih. Shiho, batin Prof. Agasa. Prof. Agasa tahu Shiho sangat menyukai Shinichi. Bahkan sudah mencintai detective itu. Prof. Agasa pernah memergoki Shiho menangis setelah Shinichi memberi tahu mereka bahwa ia sudah menyatakan perasaanya pada Ran. Shiho pun jujur pada Prof. Agasa bahwa ia sudah menyukai Shinichi sejak lama. Prof Agasa tidak bisa berbuat apa apa selain mendengarkan curahan hati gadis itu. Shiho juga meminta pada Prof. Agasa supaya tidak memberitau pada siapa pun soal perasaanya.
~~~NNNN~~~
Sesampainya di ruang bawah tanah Shiho langsung menelungkupkan diri di atas tempat tidur. Ia menangis dalam diam. Hatinya sakit... Hatinya yang sudah tenang kini kembali sakit saat mengetahui bahwa laki laki yag di cintainya selama ini akan menikah dengan kekasihnya yang bukan dirinya. Hatinya kini menjerit sakit, menjeritkan nama laki laki yang ia cintai yaitu Shinichi Kudo. Walaupun Shiho tahu cintanya akan bertepuk sebelah tangan. Tetapi hatinya tetap Sakit dan perih mendengar Shinici laki laki yang ia cintainya menikah dengan wanita lain. Kau tidak boleh menangis Shiho... Kau tidak boleh sedih hanya karena detektiv itu Shiho... Batin Shiho berusaha menguatkan dirinya sendiri. Setelah menghela nafas panjang, hati Shiho mulai sedikit tenang. Ia pun mengahapus air matanya dan bangun lalu duduk di tempat tidur. Lalu ia mengambil undangan pernikahan Shinichi dan Ran yang belum selesai ia baca. Ia pun kembali membaca undangan tersebut. Selesai membaca halaman pertama, Shiho membalik undangan itu. Hatinya kembali terasa sakit melihat foto Shinichi dan Ran yang sedang berjalan besama sambil bergandengan tangan dan tersenyum cerah. Yang ada di halaman ke dua undangan tersebut. Tanpa ia mau air mata sudah kembali mengalir dari pelupuk mata Shiho membasahi gambar Shinichi dan Ran yang sedang tersenyum cerah.
"Kau pantas bahagia detektif... Bersama Ran." Kata Shiho lalu mencoba tersenyum
Setelah menunggu hari demi hari akhirnya hari ini pun tiba. Hari yang sudah sangat di tunggu oleh Ran dan Shinichi. Karena hari ini akan menjadi hari bahagia mereka. Yang juga akan menjadi salah satu hari bersejarah dalam hidup mereka. Bukan hanya kedua mempelai saja yang menunggu hari pernikahan mereka tiba.
Banyak kalangan yang sangat ingin menyaksikan pernikahan sang detective dan putri detective ini. Pasalnya setelah undangan pernikahan mereka di sebar. Berita tentang pernikahan Shinichi dan Ran pun langsung mencuat ke media massa. Seluruh media massa baik cetak maupun elektronik menjadikan pernikahan mereka topik hangat dan utama.
Karena yang menikah adalah detective muda dari timur, Shinichi Kudo dengan putri pasangan detective Kogoro tidur dan pengacara handal Eri Kisaki. Berita pernikahan Shinichi dan Ran pun juga terdengar sampai di Amerika. Karena mendengar yang menikah adalah putra tunggal penulis novel misteri best seller, Yusaku Kudo dan sang detective wanita, Night Barrons. Kini tinggal beberapa jam lagi cinta Ran dan Shinichi akan bersatu untuk selamanya.
.
N
N
.
N
N
.
"Sonoko..." panggil Kazuha. Ia dan Heiji baru saja sampai di gedung tempat pernikahan Ran dan Shinichi akan di langsungkan.
"Kazuha..." balas Sonoko yang juga baru sampai. Ia datang dengan kekasihnya Makoto Kyogoku.
"Eh, kau sudah tahu sebelumnya, kalau Ran dan Shinichi akan menikah?" tanya Kazuha pada Sonoko.
"Belum, aku baru tahu setelah mendapat undangannya. Kamu gimana?"
"Sama, aku juga baru tahu setelah mendapat undangannya."
"Huh,... mereka menikah tapi sama sekali tidak memberi tahu kita, menyebalkan." Kata Sonoko kesal.
"Iya, tau tau sudah mengirim undangan." Tambah Kazuha.
"Eh... Kazuha kita ke tempat Ran yuk!" ajak Sonoko.
"Ayo..." Kazuha dan Sonoko pun pergi meninggalkan Heiji dan Kyogoku yang masih berdiri mematung.
"Gimana mau ke tempat pengantin laki laki?" tanya Heiji pada Kyogoku.
"Ya boleh." Heiji dan Makoto pun pergi ke tempat Shinichi.
.
~~~NNNN~~~
.
"IZINKAN KAMI MASUK !" Teriak Sonoko dan Kazuha pada seorang laki laki bertubuh besar yang menjaga pintu ruangan pengantin perempuan.
"Maaf nona anda tidak boleh masuk, hanya pihak keluarga yang boleh masuk!" kata penjaga itu.
"Dengar ya, aku Sonoko Suzuki, sahabat karib Ran Mouri. Kami sudah berteman sejak kecil. Dari TK, SD, SMP, SMA sampai sekarang kami selalu bersama. Aku dan Ran sahabat selamanya!" Bentak Sonoko pada penjaga itu.
"Benar," sambung Kazuha "walaupun aku dan Ran bukan teman sejak kecil, tapi aku juga sahabat karib Ran. Pacar ku dan pacar Ran sama sama detektif. Kami sering terlibat kasus bersama." Bentak Kazuha pada penjaga itu.
"Interupsi ! Aku juga sering terlibat kasus bersama Ran." Tambah Sonoko. Di bentak oleh dua orang gadis membuat penjaga yang bertubuh kekar itu gugup dan mengeluarkan keringat dingin.
"IZINKAN KAMI MASUK !" Bentak Sonoko dan Kazuha lagi. Penjaga itu hanya menelan ludah pahit ketika mendengar bentakan dan mendapatkan deathglare membunuh dari dua gadis itu.
"M... Maaf nona nona anda berdua tidak boleh masuk ke ruangan ini. Hanya pihak keluarga yang boleh masuk." Penjaga itu masih kekeuh tidak mengizinkan Sonoko dan Kazuha untuk masuk ke ruangan pengantin perempuan.
"Huh... Kalau begitu terpaksa deh pakai cara ini." Kata Sonoko. "Kazuha!"
GREEP... Kazuha pun dengan cepat mencengkeram kedua pergelangan tangan penjaga itu dan bersiap untuk membantingnya.
"HEAAAAA..."
"Kazuha..."
Kazuha yang merasa di panggil pun menoleh.
"Heiji..."
"Kamu lagi ngapain?" tanya Heiji yang sedang berjalan bersama Kyogoku menghampiri pacar mereka. Sementara penjaga yang tadi hampir di banting Kazuha pun hanya bisa bernafas lega.
"Kalian berdua dari mana?" tanya Sonoko.
"Kami dari tempat pengantin laki laki tapi kami tidak boleh masuk." Jawab Kyogoku.
"Kalian juga tidak boleh masuk ke ruangan pengantin laki laki?" tanya Kazuha dan Sonoko kompak.
"Iya kami tidak di perbolehkan masuk oleh penjaganya. Dia bilang selain pihak keluarga tidak boleh masuk. Kalian juga?" Tanya Heiji.
"Iya... kami di tidak di perbolehkan masuk sama penjaga jelek itu." Kata Sonoko menunjuk penjaga yang sudah berdiri gagah di depan pintu.
"Huh menyebalkan sekali, kita tidak boleh masuk. Padahal aku ingin sekali bertemu dengan Ran." Kata Sonoko kesal
"Huh..."dengus Kazuha kesal.
"Kita balas saja Shinichi dan Ran." Kata Heiji sambil mengedipkan mata. Lalu ia melangkah keluar di ikuti dengan Kazuha, Sonoko dan Kyogoku.
.
~~~NNNN~~~
.
Sesampainya di Ball Room ternyata para tamu sudah berdatangan. Tampak juga di dalam gedung Kogoro dan Eri sedang menyambut para tamu. Begitu juga dengan Yusaku dan Yukiko.
"Paman... selamat ya... Akhirnya Shinichi menjadi menantu paman juga." kata Heiji pada Kogoro.
"Ya... Terima kasih... Dan semoga Ins Toyama cepat jadi ayah mertuamu." Balas Kogoro sehingga mambuat Heiji blushing. Kazuha yang ada di belakang Heiji juga ikut memblushing mendengar ucapan Kogoro barusan.
"Heiji, Sonoko, Kazuha... Terima kasih ya kalian sudah mau datang." Ucap Eri.
"Tentu saja kami datang. Ini kan pernikahan sahabat kami." Jawab Sonoko senang.
"Hei-chan, Sonoko-chan, Kazu-chan... Terima kasih ya kalian sudah mau datang." Ucap Yukiko senang.
"Paman, bibi... apa kabar?" sapa Heiji pada Yusaku dan Yukiko.
"Kami baik." Jawab Yusaku.
.
~~~NNNN~~~
.
"Pernikahan nya Kudo jadi berita utama kan akhir akhir ini?" tanya Saguru yang sedang berjalan memasuki gedung pernikahan salah satu sahabatnya, Shinichi Kudo.
"Iya... semua stasiun tv memberitakan dan beritanya selalu muncul di koran." Jawab Kaito yang sedang berjalan bersama Saguru. Tadi keduanya bertemu di parkiran. Kaito datang bersama Aoko pacarnya. Sedangkan Saguru datang sendiri.
Tak banyak orang yang tahu bahwa Kaito Kid adalah Kaito Kuroba. Sejak pelaku pembunuhan ayahnya terungkap atau lebih tepatnya sejak Organisasi hitam musnah. Ia sudah menanggalkan tuxedo putihnya, topinya, jubah putihnya juga hanglidernya. Kini ia bukanlah Kaito Kid tapi hanya seorang pemuda biasa yang bernama Kaito Kuroba. Ia juga sudah bersahabat akrab dengan Saguru, Shinichi juga Heiji.
"Itu Hattori..." kata Kaito menunjuk Heiji.
"Ada Sonoko dan Kazuha juga." Kata Aoko. Saguru, Kaito dan Aoko pun menghampiri sahabat mereka.
"Hattori..." Kaito langsung menepuk keras punggung Heiji. Membuat Heiji meringis kesakitan.
"Sakit bodoh..." seru Heiji pada Kaito. Kaito hanya membalas seruan Heiji dengan cengiran khasnya. Sebenarnya Heiji ingin meneriaki Kaito tapi ia tidak mungkin berteriak di tempat seperti ini kan.
"Sonoko, Kazuha..."sapa Aoko.
"Hai Aoko..." Ketiganya pun saling mengobrol.
"Tak di sangka ya di antara kita berempat, ternyata Kudo yang menikah duluan. Padahal kelihatannya dia yang paling lemah dalam hal percintaan." Kata Kaito.
"Iya... ya aku juga heran. Kenapa bukan kau saja yang menikah duluan. Kau kan yang paling mesum." Sambung Saguru.
"Aku tidak mesum." Bantah Kaito.
"Suka mengintip celana dalam pacar sendiri. Apa itu bukan mesum namanya." Tambah Heiji.
"Huh... Kalian berdua menyebalkan..." Kaito mendengus kesal.
Semantara itu Saguru dan Heiji hanya tertawa melihat sahabat mereka kesal.
"Eh... Kalian mau tidak ikut dalam rencana kami?" tanya Sonoko tiba tiba.
"Rencana apa?" tanya Aoko. Kazuha pun membisikkan sesuatu ke telinga Aoko. Aoko pun mengangguk setuju. Sementara Saguru dan Kaito hanya menatap Heiji dengan tatapan bertanya. Heiji pun membisikkan sesutau pada Kaito dan Saguru. Yang langsung di setujui oleh keduanya.
"Asik... Semakin banyak orang akan semakin seru." Kata Sonoko senang.
"O... iya Hattori, katanya orang tua mu di undang, mana mereka?" tanya Saguru. Heiji pun melihat ke sekelilingnya mencari apakah orang tuanya sudah datang. Karena tadi ia dan Kazuha berangkat duluan meninggalkan orang tua mereka di hotel.
"Itu ... mereka." Kata Heiji ketika ia melihat orang tua nya baru memasuki ball room. Begitu orang tua Heiji dan Kazuha datang mereka langsung menghampiri Tuan dan Nyonya Mouri juga Tuan dan Nyonya Kudo.
.
~~~NNNN~~~
.
"Kogoro... selamat ya atas pernikahan putrimu..." kata Heizo, ayah Heiji menyalami Kogoro.
"Terima Kasih... Pak Kepala dan Nyonya sudah datang..." balas Kogoro.
"Kau sudah melepaskan putrimu ya Kogoro..." kata Toyama.
"Ha...ha...ha... Iya Inspektur."
"Kenapa Nyonya tidak pernah ikut kalau Tuan Kogoro dan Ran main ke Osaka?" Tanya Shizuka yang membuat Eri bingung harus menjawab apa.
"Ha... ha... Itu karena aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan ku." Jawab Eri sekenanya.
"Sekali kali mainlah ke Osaka dan mampir ke tempat kami."
"Iya... kapan kapan pasti aku akan mampir."
"Anda ibunya Heiji ya,... perkenalkan aku ibunya Shinichi." Kata Yukiko pada Shizuka. Yang memang baru pertama kali ia temui.
"Aku tidak menyangka kalau ibunya Shinichi, ternyata aktris hebat seperti anda." Kata Shizuka kagum.
"Ha... ha... Sekarang aku bukan aktris lagi... Terima Kasih Tuan dan Nyonya Hattori sudah mau hadir."
.
~~~NNNN~~~
.
"Pernikahannya meriah juga ya..." kata Miwako. Begitu ia bersama rekan rekannya dari kepolisian memasuki gedung pernikahan Ran dan Shinichi. Miwako berpasangan dengan Takagi, Ins Megure dengan sang Istri. Ins Shiratori dengan Kobayashi. Juga Yumi dan Chiba yang entah berpasangan atau tidak.
"Apa kita sudah terlambat? Tanya Takagi.
"Sepertinya belum... Pengantinya saja belum kelihatan." Kata Yumi sembari mencari dua sosok yang paling berbahagia dalam pesta ini.
"Ayo kita temui Kogoro dan Yusaku dulu." Ajak Megure. Ins Megure beserta rombonganya pun menghampiri dua keluarga yang sedang berbahagia itu.
"Mouri... Yusaku Selamat atas pernikahan anak anak kalian..." kata Megure pada Kogoro dan Yusaku.
"Terima Kasih... Inspektur." Kata Kogoro.
"Terima Kasih atas kehadirannya Inspektur." Kata Yusaku.
.
~~~NNNN~~~
.
Di sebuah ruangan tampak Shinichi sedang berdiri di depan cermin. Untuk memastikan penampilannya sudah sempurna atau belum. Ia sudah tampak rapi dengan tuxedo putihnya. Raut kebahagian sangat terpancar di wajahnya. Senyuman lebar terukir di wajahnya. Ya... Karena hari ini adalah hari bahagianya bersama sang kekasih. Akhirnya salah satu impiannya terwujudkan yaitu menjadikan kekasih hatinya, Ran Mouri, sebagai pendamping hidupnya. Shinichi pun melihat jam tangannya. "Tinggal 10 menit lagi." Katanya dengan senyum lebar yang masih menghiasi wajahnya.
Di ruangan yang berbeda tampak pengantin perempuan, Ran sedang duduk di depan cermin. Ia sangat cantik dengan gaun pengantin warna putih yang di bagian bawahnya terdapat renda bunga bunga. Tudung pengantin juga sudah di kenakannya. Tak lupa seikat mawar putih sudah berada di tangannya yang tertutup sarung tangan pengantin. Sesekali Ran menghela nafas panjang untuk mengurangi kegugupanya. Entah mengapa saat ini waktu terasa sangat lambat untuk Ran. Padahal hanya tinggal 1o menit lagi Ran telah menyandang status sebagai Nyonya Shinichi Kudo.
.
~~~NNNN~~~
.
"Kita sampai." Kata Prof. Agasa begitu selesai memarkirkan mobil. Ayumi, Genta dan Mitsuhiko pun berdesakan keluar dari mobil.
"Wah... sepertinya sudah ramai ya." Kata Mitsuhiko melihat gedung pernikahan Ran dan Shinichi sudah ramai.
"Apa pernikahannya sudah mulai. Apa kita sudah terlambat?" kata Ayumi agak sedih.
"Sepertinya belum..." Kata Shiho yang baru keluar dari mobil "di undangan tertulis pernikahannya baru di mulai pukul 12. Dan sekarang baru pukul 11 lebih 49 menit. Jadi kita belum terlambat."
"Kalau begitu ayo cepat kita masuk..."ajak Genta. Genta, Ayumi dan Mitsuhiko pun berlarian memasuki gedung. Di ikuti Prof Agasa dan Shiho.
"Bu Kobayashi..." Pangil Genta, Ayumi dan Mitsuhiko. Begitu memasuki gedung melihat guru mereka ada di situ.
" Kalian... kalian datang juga.." sapa Kobayashi pada ketiga muridnya. Ketiganya hanya mengangguk.
"Ibu bersama siapa kesini?" tanya Genta.
"Pertanyaan bodoh Genta, tentu saja bersama inspektur Shiratori, ya kan bu?" kata Mitsuhiko. Kobayashi hanya tersenyum.
"Lalu kapan ibu akan menikah?" tanya Ayumi yang membuat Kobayashi blushing.
"Tentu saja kalau aku sudah melamar guru kalian." Jawab Shiratori yang tau tau sudah berdiri di sebelah Kobayashi.
"Wajah bu guru merah..." kata Ayumi begitu menyadari muka Kobayashi yang sudah merah bak kepiting rebus.
.
N
N
.
N
N
.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11 lebih 55 menit. Ball room yang semula ramai. Kini menjadi sunyi. Para tamu yang telah hadir kini sudah duduk rapi di depan altar. Untuk menyaksikan Ran dan Shinichi mengucapkan janji suci pernikahan.
"Mempelai pria memasuki ruangan..." Terdengar suara dari speaker ruangan. Para tamu pun berdiri untuk menyambut sang mempelai pria, Shinichi Kudo. Begitu pintu terbuka.
Shinichi pun memasuki ruangan. Ia sangat tampan dengan mengenakan tuxedo berwarna putih lengkap. Shinichi berjalan di karpet merah dengan langkah tegap nan mantab. Walaupun sebenarnya ia sangat gugup dan deg-degan. Akan tetapi kilatan kebahagiaan terpancar dari wajah tampannya. Seulas senyum juga terukir di wajahnya. Para tamu pun ikut tersenyum lebar menyambut Shinichi. Terutama keluarga dan para sahabat sang pengantin. Shinichi menghentikan langkahnya tepat di depan altar.
"Mempelai wanita memasuki ruangan..." Terdengar lagi suara dari speaker ruangan. Pintu kembali terbuka. Shinichi pun membalikan badannya.
Ran memasuki ruangan dengan di dampingi ayahnya, Kogoro Mouri. Ia tampak sangat cantik dengan tudung pengantin yang menutupi wajahnya. Ia melangkah dengan sedikit menundukkan wajahnya. Akan tetapi kilatan bahagia sangat terpancar dari wajah cantiknya. Walaupun dalam hati ia sangat berdebar debar. Para tamu undangan pun berdecak kagum melihat Ran. Begitu pula dengan Shinichi, ia terpesona dengan Ran.
Sesampainya di depan altar. Kogoro pun menyerahkan Ran pada Shinichi. Lalu Kogoro kembali ke sebelah Eri. Shinichi dan Ran pun membalikkan badan menghadap altar. Pastur pun mulai mengucapkan kata sambutan. Dan sampailah pada janji suci pernikahan.
"Shinichi Kudo. Apa kau menerima Ran Mouri sebagai istimu di saat senang maupun susah. Di saat sehat maupun sakit." Kata Sang Pastur.
"Ya. Aku bersedia." Jawab Shinichi mantap.
"Ran Mouri. Apa kau menerima Shinichi Kudo sebagai suamimu di saat senang maupun susah. Di saat sehat maupun sakit." Kata Sang Pastur.
"Ya. Aku bersedia." Jawab Ran yakin.
"Sekarang kalian sudah resmi menjadi pasangan suami istri." Kata Sang Pastur.
Shinichi dan Ran pun membalikan badan ke samping. Sehingga mereka saling berhadapan. Shinichi pun membuka tudung yang menutupi wajah Ran. Sehingga ia bisa melihat wajah Ran yang kini adalah istrinya. Kini mereka sangat amat bahagia. Raut kebahagiaan terpancar dari wajah keduanya. Senyum mengembang di wajah ke duanya.
"Silahkan kalian memasangkan cincin ke jari masing masing." Kata Pastur.
Sonoko yang tadi di tunjuk sebagai pembawa cincin oleh Yukiko pun maju ke depan dengan membawakan sepasang cincin emas putih. Shinichi pun memasangkan cincin ke jari manis Ran. Begitu pula dengan Ran, ia memasangkan cincin ke jari manis Shinichi.
"Shinichi Kudo kau boleh mencium pengantinmu." Kata Sang Pastur lagi.
Shinichi dan Ran pun melangkah maju sehingga mereka menjadi lebih dekat. Lalu mereka mendekatkan kedua wajah mereka. Semakin dekat, semakin dekat. Tiba tiba Ran berjinjit dan,
'CUP...' Ran mencium bibir Shinichi dan mengalungkan kedua tangannya di leher suaminya. Awalnya Shinchi terkejut, lalu ia membalas ciuman istrinya itu dan melingkarkan kedua tanganya di pinggang Ran. Keduanya berciuman sembari memejamkan mata.
Para tamu undangan pun bersorak senang melihat Ran dan Shinichi berciuman.
.
N
N
.
N
N
.
Dan pesta pun di mulai...
"Shinichi ... " Panggil Heiji.
"Ran..." Panggil Kazuha, Sonoko dan Aoko.
"Kudo..." Panggil Saguru dan Kaito.
"Kenapa kalian tidak bilang bilang kalau mau menikah." Seru keenamnya kompak. Di sertai deathglare yang membunuh untuk pengantin baru ini.
Shinichi dan Ran hanya pasrah mendapat deathglare dari sahabat sahabat mereka.
"Ha...ha... I... Itu karena kami ingin memberi kejutan pada kalian." Kata Shinichi.
"Iya benar... Kalian terkejutkan?" Sambung Ran.
Tiba tiba Heiji memeluk Shinichi. "Selamat ya Shinichi... Akhirnya salah satu cita citamu tercapai." Kata Heiji.
"Terima kasih Heiji..." kata Shinichi.
"Selamat ya Kudo." Kata Saguru sembari memeluk Shinichi juga.
"Teman selamat ya... Akhirnya kau melepaskan masa lajangmu, mendahului kami." Kata Kaito yang juga memeluk Shinichi.
" Terima Kasih ya teman teman..."
Hal serupa juga di lakukan pasangan mereka.
"Hwaaa... Ran selamat ya, hiks hiks kau menikah duluan Ran, meninggalkan aku." Kata Sonoko lebay sambil memeluk Ran.
"Aku tidak meninggalkanmu Sonoko."
"Ran selamat ya... Semoga pernikahan mu langgeng seumur hidup" kata Kazuha memeluk Ran. Aoko pun ikut memeluk Ran dan mengucapakan selamat.
.
~~~NNNN~~~
.
"Kak Ran, Kak Shinichi... Selamat ya..." kata Ayumi, Mitsuhiko dan Genta kompak.
"Semoga pernikahan Kakak, awet sampai tua." Kata Mitsuhiko.
"Dan semoga Kak Ran dan Kak Shinichi punya banyak anak." Kata Ayumi. Shinichi dan Ran hanya melebarkan senyum mereka mendengarkan anak anak itu.
"Ah... Terima Kasih..." Jawab Ran.
"O... iya Kak Ran, apa Conan tidak datang hari ini?" tanya Ayumi. Di susul dengan anggukan Genta dan Mitsuhiko.
Ketiga bocah polos itu tidak mengetahui bahwa sebenarnya Conan ada di depan mereka yaitu Shinichi Kudo. Shinichi dan Ran sebenarnya tidak mau membohongi anak anak itu lagi. Tapi apa daya, mereka tidak mungkin kan mengetahui hal yang sebenarnya.
"Ehm... Conan tidak bisa datang. Karena tidak ada yang mengantar. Tapi Conan sudah kirim email kok, dia juga menyampaikan salam untuk kalian. Iya kan Shinichi..." kata Ran.
"Ah... iya."
Genta, Ayumi dan Mitsuhiko terlihat senang mendengar ucapan Ran barusan. Yah... memang tidak ada cara lain kecuali berbohong.
"Shinichi, Ran selamat ya.." ucap Prof. Agasa.
"Terima Kasih Profesor..." ucap Shinichi.
" Selamat ya detektif, nyonya detektif. Semoga pernikahan kalian abadi selamanya." Ucap Shiho. Meskipun hatinya masih terasa sakit ketika mengucapakan itu.
"Terima kasih Shiho." Kata Ran seraya memeluk Shiho.
.
~~~NNNN~~~
.
"Shinichi, Ran selamat ya..." ucap Shizuka...
"Terima Kasih, paman, bibi..." ucap Shinichi.
" Terima Kasih paman dan bibi sudah mau datang." Ucap Ran.
"Nah Heiji, kapan kau menyusul Shinichi untuk menikah. Biasanya kau kan tidak mau kalah dari Shinichi..." Kata Shizuka yang membuat Heiji sedikit tersedak.
"K... kalau soal itu aku rela di kalahkan oleh Shinichi..." jawab Heiji cengengesan. Lalu orang tua Heiji pergi ke arah lain.
"Heiji... Aku restui kapan saja kau mau menikahi putriku..." ucap Toyama lalu menyusul orang tua Heiji.
Mendengar ucapan Toyama barusan. Muka Heiji dan Kazuha lngsung blushing bak kepiting rebus.
"Sepertinya... kita tau siapa yang berikutnya akan menikah..."kata Shinichi pada Kaito dan Saguru sembari melirik Heiji.
.
~~~NNNN~~~
.
" Shinichi, Ran selamat ya..." ucap Ins Megure.
"Selamat ya detektif...Kau mengalahkan para bujangan tua ini." Kata Yumi meledek Takagi, Shiratori dan Chiba.
"Ran selamat ya..." kata Miwako sembari memeluk Ran.
"Terima Kasih semuanya." Ucap Ran.
"A..nu Shinichi, kenapa undangan milikku dan Miwako hanya satu?" tanya Takagi.
"Punya kami juga..." Kata Heiji dan Kazuha kompak.
"Kalau itu tanyakan saja pada istriku ini." Kata Shinichi ke arah Ran.
"Itu supaya kalian cepat menyusul aku dan Shinichi..." kata Ran riang sambil memeluk lengan suaminya.
~~~NNNN~~~
"Pak Kogoro, selamat ya atas pernikahan anda..." ucap Yamamura heboh sambil memeluk Kogoro.
"Hei... hei Yamamura. Yang menikah itu bukan aku tapi Ran." Jelas Kogoro.
"J...jadi yang menikah bukan anda tapi putri anda?"
"Tentu saja... Kau ini baca undangannya tidak sih?"
"Tentu saja aku baca... Anda kan Yukiko Fujimine aktris legendaris yang menginspirasi aku untuk jadi polisi... Kenapa anda ada di sini." Kata Yamamura lebih heboh melihat Yukiko.
"Tentu saja aku ada di sini... Ini kan pernikahan anakku." Kata Yukiko.
"Tunggu jadi Ran... Menikah dengan..."
"Ran menikah dengan Shinichi, anak kami." Jelas Yusaku.
"Ha... ha begitu ya... Kalau begitu aku harus mengucapakan selamat pada sang pengantin." Yamamura pun melangkah ke tempat Shinichi dan Ran.
"Huh... Seharusnya aku tidak mengundang orang itu..." gumam Kogoro.
Ucapan selamat berbahagia terus mengalir untuk Shinichi dan Ran. Polisi dari luar kota yang akrab dengan kedua mempelai pun turut hadir. Ada polisi kembar Sango dan Jugo Yokomizo. Ada juga Ins Kansuke Yamato dan Yui Uehara dari prefektur Nagano pun hadir. Jodie, James, Camel dan Akai dari FBI pun turut hadir dan mengucapakan selamat. Begitu juga dengan Eisuke dan kakaknya Hidemi Hondou mereka juga datang.
"Selamat ya Shinichi, Ran... Kau harus memebahagiakan Ran..."ucap Eisuke memeluk Shinichi.
"Tanpa kau suruh pun aku sudah tau... Terima Kasih Eisuke..."
"Terima Kasih ya Eisuke..." kata Ran.
.
~~~NNNN~~~
.
Acara selanjutnya adalah dansa... Tentu saja yang pertama kali berdansa adalah Shinichi dan Ran. Ran mengalungkan tangannya ke leher Shinich. Shinichi melingkarkan tangannya ke pinggang Ran. Keduanya berdansa mengikuti alunan musik yang ada.
Tak lama kemudian para tamu undangan pun ikut berdansa. Heiji dengan Kazuha, Sonoko dan Makoto, Kaito dan Aoko. Miwako dan Takagi pun tak mau ketinggalan. Begitu juga dengan Shiratori dan Kobayashi. Yumi juga, entah mengapa ia bisa berdansa dengan dr Araide. Anak anak pun tak mau kalah. Ganta dan Mitsuhiko berebut mengajak Ayumi dansa. Namun Ayumi lebih memilih menari nari kecil bersama Prof. Agasa. Melihat anak anak itu, Shiho juga tidak mau kalah. Ia menerima ajakan dansa Saguru yang memang tidak punya pasangan.
Yusaku dan Yukiko pun ikut turun ke lantai dansa. Begitu juga dengan Kogoro dan Eri yang di paksa dansa oleh besan mereka. Yah... Walaupun dansa mereka kacau.
Seusai dansa, Yoko Okino pun turut memeriahkan pesta dengan menyumbangkan lagu untuk kedua memepelai. Sebenarnya saat Yoko Okino tampil Kogoro ingin sekali meneriakkan nama Yoko. Akan tetapi tidak ia lakukan karena ia mendapat deathglare membunuh dari Eri.
.
~~~NNNN~~~
.
"Sayang... ayah dan ibu kemana?" tanya Ran pada Shinichi. Shinichi pun melihat ke seluruh ruangan mencari orang tua mereka.
"Sayang... Itu mereka..." kata Shinichi melihat orang tua mereka ada di halaman. Ran dan Shinichi pun menghampiri mereka dengan bergandengan mesra.
"Bagaimana... Shinichi, Ran pestanya sangat meriah kan?" kata Yukiko.
"Iya... Hampir semua oranng yang kita undang datang." Jawab Shinichi.
"Bu Kisaki... Kopernya sudah saya siapkan." Kata Kuriyama, asisten Eri. Yang tiba tiba datang.
"Koper? Memangnya ibu mau pergi kemana?" tanya Ran.
"Kau tidak tau ya Ran... Ibumu kan mau pulang ke rumah ayahmu." Jawab Kuriyama.
"Eh... Benarkah... Benarkah itu ibu?" tanya Ran senang pada ibunya.
"Ya... Kalau Ayahmu itu mengizinkan." Jawab Eri.
"Kenapa... Kenapa kau mau kembali?" tanya Kogoro dengan muka serius.
"Ya... Aku hanya tidak mau di sebut sebagai istri yang menelantarkan suami, karena di tinggal putrinya menikah. Setelah ini, Ran pasti akan tinggal bersama Shinichi. Tapi kalau kau tidak mengizinkan, tidak masalah." Jawab Eri tak kalah serius.
"Boleh... Kau boleh kembali kapan saja kau mau." Jawab Kogoro dengan menyembunyikan blushing di wajahnya.
"Ayah... ibu..." Ran pun langsung memeluk Kogoro dan Eri.
Hari ini Ran benar benar bahagia... Ia bisa menikah dengan laki laki yang di cintainya. Dan akhirnya, setelah bertahun tahun orang tua nya pisah rumah. Mereka dapat bersatu kembali. Kebahagian dalam diri Ran kini berlipat lipat ganda. Saking bahagianya Ran sampai mengeluarkan air mata. "Aku senang, akhirnya ayah dan ibu bersatu kembali..." kata Ran sambil melepaskan pelukannya
"Hei... hei... Ran... ini pernikahanmu jangan menangis dong!" kata Kogoro yang melihat Ran mengeluarkan air mata.
"Aku tidak menangis ayah..." kata Ran menghapus air matanya.
Shinichi pun ikut bahagia melihat orang tau Ran, yang sekarang orang tuanya juga bisa bersatu lagi. Yah walaupun usaha Ran selama ini selalu gagal untuk menyatukan mereka, Tapi syukurlah Pam... eh bukan... Karena mulai sekarang orang tua Ran, orang tuaku juga. Maksudku... Ayah Kogoro dan Ibu Eri... bisa rukun kembali. Batin Shinichi.
.
~~~NNNN~~~
.
"Shinichi..." panggil Heiji.
"Rannnn,..." panggil Sonoko, Kazuha dan Aoko.
"Kudo..." panggil Saguru dan Kaito.
Mereka melangkah berjajar menghampiri Shinichi dan Ran. Sejujurnya gerak gerik mereka berenam ini mencurigakan. Namun sepertinya hal ini luput dari perhatian Shinichi dan Ran. Mendengar panggilan dari teman teman mereka. Shinichi dan Ran pun menghampiri teman teman mereka. Melihat hal itu, seringaian licik muncul di wajah keenamnya.
Ketika Shinichi dan Ran sudah semakin dekat dengan teman teman mereka tiba tiba,
SYUURRR...
Heiji, Kazuha, Sonoko, Kaito, Saguru dan Aoko ternyata menyemprotkan air ke arah Shinichi dan Ran melalui selang yang entah mereka dapat dari mana. Kontan Shinichi dan Ran kaget di semprot air seperti itu. Shinichi dan Ran pun menghindar dari semprotan air teman teman mereka dengan tetap bergandengan tangan.
"HWAAA... Kenapa kalian menyemprot kami..." seru Shinichi dan Ran bersamaan. Yang terus menghindar dari serangan teman teman mereka.
Namun Shinichi dan Ran ternyata agak lambat. Karena mereka berdua keburu di kepung oleh teman teman mereka. Heiji dan yang lainnya pun hanya terus menyerang pengantin baru ini dengan semprotan air. Shinichi dan Ran pun terus menghindar dari serangan mereka. Akan tetapi menghindar kemana pun mereka akan tetap mendapat semprotan air. Akhirnya Shinichi dan Ran bisa menerobos keluar dari kepungan teman teman mereka. Namun ternyata Heiji dan yang lain terus mengejar Shinichi dan Ran.
"Hei... Shinichi jangan lari..." teriak Heiji.
" Jangan lari Ran,..." teriak Kazuha dan Sonoko.
Para tamu undangan yang masih ada di dalam ruangan pun keluar ke halaman karena mendengar suara ribut ribut.
"Wahhh... Kak Shinichi dan kak Ran main kejar kejaran ya..." kata Ayumi yang melihat Shinichi dan Ran berlarian di kejar oleh Heiji dan yang lainnya. Sementara Shiho hanya tersenyum melihat adegan kejar kejaran itu berlangsung.
"Ada permainan apa ini?" tanya Miwako yang baru saja keluar dari gedung bersama rekan rekannya.
Lalu ia melihat Shinichi dan Ran berlarian menghindari semprotan air dari teman teman mereka. Yang lainnya hanya tersenyum melihat adegan di depan mereka.
"Dasar anak muda..." gumam Ins Megure tersenyum.
.
~~~NNNN~~~
.
"Heijiii, jangan menyemprot lagi... Nanti kalau aku tidak bisa melakukan malam pertama bagaimana?..." kata Shinichi kesal.
"Tenang saja Shinichi... Malam pertamamu pasti akan lancar..."
"Sudahlah Kudo... Terima saja hadiah dari kami..." kata Saguru.
"Hadiah apanya..." Shinichi masih terus menghindari serangan dari teman temannya. Tentu saja bergandengan dengan Ran.
"Sonoko... Kazuha... sudah hentikan jangan menyemprot lagi..."kata Ran.
"Ini balasan untukmu Ran, karena kau sudah menikah diam diam..." kata Sonoko.
"Aku tidak menikah diam diam, aku kan mengundang kalian..."
"Iya... tapi tak memberitahu labih dulu..." sambung Kazuha.
Tidak ada cara lain... batin Shinichi
Pertama Shinichi menghadapkan tubuh Ran kehadapannya. Sehingga keduanya berhadapan. Lalu wajah Shinichi mulai mendekati wajah Ran. Ran pun mengerti maksud Shinichi, ia lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Shinichi. Semakin dekat... Semakin dekat... Dan...
'CUP...' Bibir mereka kembali bertemu. Pengantin baru ini berciuman untuk yang kedua kalinya.
Para tamu yang melihat ciuman kedua sang pengantin pun kembali bersorak. Lama kelamaan semburan air mulai berkurang. Karena Heiji dan yang lainnya sudah menjatuhkan selang mereka. Sepertinya mereka lebih senang melihat sang pengantin berciuman.
Setelah sepersekian detik, Shinichi dan Ran pun menyudahi ciuman mereka. Melihat selang tergelatak di bawah pun ide pembalasan muncul di benak pasangan suami istri ini.
"Saatnya Pembalasan..." seru Shinichi dan Ran sambil menyemprotkan air ke arah teman teman mereka.
Heiji, Kazuha, Sonoko, Kaito, Saguru dan Aoko pun berlarian menghindari semprotan air dari sang pengantin.
.
~~~NNNN~~~
.
Setelah puas bermain dengan air. Acara di lanjutkan dengan lempar bunga. Acara yang kebanyakan di tunggu oleh para tamu wanita. Konon katanya kalau ada orang yang menerima bunga dari pengantin. Maka selanjutnya ia yang akan menikah. Namun itu benar atau tidak, tidak ada yang tahu.
Setelah di umukan acara selanjutnya adalah lempar bunga. Para tamu yang kebanyakan wanita pun langsung berkerumunan di hadapan Ran dan Shinichi. Tampak Sonoko, Kazuha dan Aoko berada di barisan paling depan. Miwako, Yumi juga Kobayashi pun ada di barisan itu.
"Siap ya... Semuanya..." kata Ran. Ran dan Shinichi pun membalikan badan. Lalu Ran melemparkan bunganya ke belakang. Dan segera memebalikkan badan. Tampak para tamu yang berkerumunan di depan Ran heboh... Dan
'HUP'... Bunga mawar putih itu ditangkap oleh seseorang dan yang menangkapnya itu adalah... Eisuke Hondou. Tampak Sonoko dan Kazuha mendengus kesal karena tidak berhasil mendapatkan bunga.
"Hei... Hondou memangnya kau menikah dengan siapa?" tanya Kaito.
"Entahlah aku juga tidak tahu..." Jawab Eisuke sembari tertawa.
.
~~~NNNN~~~
.
"Hari ini sangat melelahkan sekali ya...'' kata Yukiko sembari masuk ke rumahnya. Di ikuti oleh Yusaku, Shinichi, Ran, Kogoro dan juga Eri.
"Nah Ran, sekarang kau adalah nyonya di rumah ini..." kata Yukiko.
"Ah... Terima Kasih bib... Eh... ibu..."
"Ran, mulai sekarang biasakan memanggil aku dan Yusaku, ayah dan ibu ya..." kata Yukiko.
"Iya..."
"Kau juga Shinichi... mulai sekarang biasakan memanggil Kogoro dan Eri, ayah dan ibu." Kata Yukiko lagi.
"Iya... Aku tahu..."
"KYAAA..."seru Ran ketika tiba tiba Shinichi menggendongnya ala bridal style...
"Ayah, Ibu kami ke kamar dulu ya.."kata Shinichi lalu menaiki tangga menuju kamar mereka.
Setelah memesuki kamar pengantin mereka yang sudah di hias sedemikian rupa. Shinichi langsung menurunkan Ran diatas ranjang. Lalu ia kembali untuk mengunci pintu.
"Ran... hari ini aku sangat bahagia... Akhirnya impianku untuk menikah denganmu terwujud juga..." Kata Shinichi. Kini ia dan Ran sedang duduk berhadapan di atas ranjang
"Aku juga Shinichi... Hari ini aku sangat bahagia... Akhirnya kita bisa menikah... Dan akhirnya ayah dan ibuku bisa rukun kembali..."
Kemudian Ran dan Shinichi memejamkan mata mereka. Lalu wajah mereka semakin dekat... Semakin dekat...
'CUP' bibir mereka menyatu untuk yang ketiga kalinya hari ini. Ciuman yang juga menjadi awal dari rumah tangga mereka...
Hari sudah pagi. Matahari sudah tinggi. Burung burung sudah berkicau. Namum pasangan suami istri muda ini masih terlelap di atas ranjang. Dengan posisi, Shinichi tidur sedikit telungkup dengan satu tangan memeluk Ran. Sedangkan Ran tidur biasa. Tubuh keduanya di tutupi selimut. Perlahan lahan Ran menggeliatkan tubuhnya sambil sedikit mengerang. Kemudian sedikit demi sedikit Ran membuka matanya. Begitu matanya terbuka, ia menoleh ke sampingnya. Ran hanya tersenyum mendapati suaminya masih tertidur lelap sembari memeluk dirinya. Lalu Ran meraih jam weker yang ada di meja di sebelah kirinya.
"Jam setengah 7..." gumam Ran melihat jam weker tersebut. Lalu ia kembalikan ke tempat semula. Perlahan lahan ia menyingkirkan tangan Shinichi yang memeluknya. Lalu mulai bangkit dari tempat tidur untuk mulai melakukan aktifitas paginya. Aktifitasnya yang pertama tentu saja membangunkan sang suami yang masih terlelap.
"Shinichi... Bangun Shin,... Ini sudah pagi..." kata Ran mengguncang guncangkan tubuh Shinichi. Namun Shinichi tidak terbangun ia hanya menggeliatkan tubuhnya. Wajar saja sih kalau Shinichi masih ingin tidur. Semalam ia sangat lelah karena memecahkan dua kasus sekaligus. Ran hanya menghela nafas pendek.
"Shinichi... Cepat bangun, ini sudah jam setengah tujuh lho..."
Melihat tidak ada reaksi apa apa dari Shinichi. Ran menjadi kesal. Terkadang Shinichi memang mirip ayahnya, susah sekali di bangunkan. Ran pun melangkah ke arah jendela. Kemudian ia membuka tirai jendela yang masih tertutup sehingga sinar matahari dapat masuk ke kamar mereka. Ia lalu duduk di sebelah Shinichi yang masih tertidur. Ran kembali mengguncang guncangkan tubuh Shinichi.
"Aku tahu, kau lelah karena semalam memecahkan dua kasus... Tapi kau harus bangun Shinichi..."
"Ralat Ran... Salah satu kasusnya masih belum terpecahkan..." kata Shinichi yang masih telungkup. Namun ia mendengarkan ucapan Ran sebelumnya.
" O... iya benar. Bukannya hari ini kau ada janji dengan Ins Megure untuk memecahkan kasus itu... Cepat Bangun Shinichi..." Seru Ran yang mulai mencubiti lengan Shinichi.
"Iya... Iya... aku bangun..." Jawab Shinichi keras. Lalu ia mulai duduk di atas tempat tidur dengan wajah masih mengantuk.
"Hi...hi...hi..." Ran hanya tertawa melihat wajah Shinichi. Lalu ia mengambilkan handuk untuk Shinichi.
"Cepat mandi sana..." suruh Ran sembari meletakkan handuk Shinichi di pundak suaminya.
Lalu Shinichi bangun dan melangkah ke kamar mandi.
"HOAHMMM..." Shinichi menguap lebar lalu membuka pintu kamar mandi. Sedangkan Ran ia mulai membersihkan tempat tidur mereka.
.
~~~NNNN~~~
.
Beberapa saat kemudian. Pintu kamar mandi kembali terbuka. Shinichi keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk di pinggangnya. Setelah keluar dari kamar mandi, Shinichi langsung membuka lemari pakaiannya. Wajah Ran langsung bersemu merah melihat Shinichi. Ran buru buru mengalihkan pandangannya. Walaupun Ran sudah sering melihat Shinichi seperti itu. Akan tetapi wajah Ran selalu merah jika melihatnya. Cepat cepat Ran membereskan tempat tidurnya. Lalu meraih handuk. Dan bergegas untuk masuk ke kamar mandi. Shinichi hanya mengerutkan dahi melihat Ran.
"Kenapa Ran... Aneh..." gumam Shinichi.
Begitu Ran keluar dari kamar mandi. Ia sudah tidak mendapati Shinichi berada di dalam kamar. Ran cepat cepat berganti baju lalu keluar dari kamar. Pertama ia mencari Shinichi ke seluruh ruangan. Ran tersenyum mendapati suaminya itu sudah rapi dan berada di ruang tengah sedang sibuk dengan laptop dan dokumen dokumen kasusnya. Setelah menemukan Shinichi. Ran langsung menuju dapur untuk melakukan aktifitasnya yang kedua yaitu membuatkan sarapan pagi. Yah... beginilah hari hari Ran dan Shinichi setelah menjadi pasangan suami istri kurang lebih selama 10 bulan. Hari hari mereka selama 10 bulan ini hanya di isi dengan kedamaian dan cinta. Walaupun terkadang pertengkaran kecil menjadi penghias rumah tangga mereka. Namun mereka tidak pernah bertengkar lama. Paling hanya bertengkar sebentar, lalu berbaikan kembali. Shinichi bekerja menjadi detektif. Sedangkan Ran, ia menjadi ibu rumah tangga biasa, namun kadang kadang Ran masih sering mengikuti karate.
Setelah menyajikan omelette dan roti bakar di meja makan. Ran segera memanggil Shinichi untuk sarapan bersama.
"Shinichi... Ayo sarapan..." panggil Ran keras.
Merasa tidak ada jawaban dari Shinichi. Akhirnya Ran menghampiri Shinichi ke ruang tengah. Ran hanya menggelengkan kepala melihat suaminya itu masih serius mengerjakan dokumen dokumen kasusnya.
"Shinichi..." panggil Ran. Duduk di sebelah Shinichi sembari merangkul pundak suaminya itu.
"Ran... Ada apa sayang..." tanya Shinichi lembut sambil menoleh ke arah Ran.
"Ayo... Sarapan..." ajak Ran
Shinichi pun segera mematikan laptopnya dan membereskan dokumen dokumennya lalu menuju ruang makan bersama Ran. Shinichi memeluk pinggang Ran mesra. Keduanya berjalan bersama sembari mengobrol dan sekali kali tertawa bersama. Untuk menunjukan kemesraan mereka. Sesampainya di meja makan Ran dan Shinichi mengambil kursi masing masing dan bersiap untuk sarapan.
"Shinichi... Kau mau roti bakar atau omelette?" tanya Ran.
"Roti saja..." Jawab Shinichi.
Ran pun segera mengambil kan dua buah roti lalu ia letakkan di piring Shinichi. Dan menyodorkannya ke hadapan Shinichi. Keduanya pun mulai sarapan bersama.
"Bagaimana Shinichi, enak tidak?" tanya Ran di sela sela sarapan mereka.
"Masakan buatan istriku itu, pasti selalu enak..." jawab Shinichi. Lalu tersenyum.
"Kau bisa saja... Shinchi." kata Ran. Keduanya pun melanjutkan sarapan dengan keheningan.
Beberapa saat kemudian...
"Ran, aku berangkat dulu ya..." kata Shinichi pamit.
"Shinichi, kau mau ke TKP yang semalam itu?" tanya Ran.
"Iya... Ran hati hati di rumah dan jangan biarkan orang asing masuk ke dalam rumah..." pesan Shinichi.
"Iya Shinichi... Kau juga hati hati ya..."
Shinichi pun mencium singkat kening Ran. Lalu memasuki mobil hitamnya. Mobil sport hitam milik Shinichi pun keluar dari pintu gerbang rumah mereka. Lalu Ran masuk dalam rumah dan mengunci pintu...